Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Trauma, Korban Gempa Lombok Perlu Bantuan Psikolog

Kompas.com - 20/08/2018, 21:03 WIB
Ari Maulana Karang,
Reni Susanti

Tim Redaksi

LOMBOK UTARA, KOMPAS.com - Delfina (10), pulang ke rumahnya di Kampung Dangiang, Desa Dangiang Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara, Minggu (19/8/2018).


Meski telah kembali ke kampungnya, Delfina masih belum mau mendekat ke rumahnya yang telah rata dengan tanah.

Karena di rumah tersebut, Delfina dan ibunya sempat tertimpa reruntuhan rumah saat gempa magnitudo 7,0 mengguncang daerahnya.

Baca juga: Mengenal Sesar Naik Flores dan Amukannya yang Picu Serial Gempa Lombok

Untungnya, Minggu (19/8/2018), psikolog dari kantor Biro Psikologi Westaria Bandung datang ke kampung tersebut.

Delfina pun langsung mendapat penanganan psikolog. Kurang dari satu jam, Delfina sudah berani mendatangi rumahnya yang telah rata dengan tanah.

"Di tempat ini anak saya tertimbun puing-puing rumah," jelas Fadli sambil menunjukkan bagian rumah tempat dirinya menemukan anak dan istrinya tertimbun tanah sambil menggandeng anaknya.

Meski sempat tertimbun reruntuhan rumah, Delfina dan sang ibu masih terselamatkan reruntuhan kuda-kuda atap rumah yang ikut roboh.

Hingga tembok dan kayu kusen pintu rumah yang roboh tidak sampai menimpa langsung.

Namun tetap saja, Baiq Kartina (38), istri Fadli mengalami luka-luka di bagian kepala dan tangannya karena tertimpa reruntuhan tembok dan kayu hingga sempat dirawat di rumah sakit di Lombok Timur.

Baca juga: Penyebab Rentetan Gempa di Lombok Menurut PVMBG

Karena rumahnya telah rata dengan tanah, saat ini ia bersama istri dan anaknya tinggal di tenda pemberian relawan di belakang rumahnya.

"Semua rumah di sini rata dengan tanah, ada sekitar 500 rumah di sini," tuturnya.

Karliade Aji Putra (19), anak pertama Fadli mengungkapkan, saat gempa pertama yang membuat rumahnya rata dengan tanah, ia tengah kuliah di Mataram.

Keesokan harinya, ia pulang ke kampungnya dengan menumpang kendaraan pengangkut bantuan dari Mataram.

"Tidak ada kendaraan umum untuk pulang, akhirnya saya numpang truk yang bawa tenda dari Mataram," bebernya.

Perasaan Aji pun hnacur saat melihat rumah tempat ia dibesarkan rata dengan tanah. Apalagi saat ia mendengar, ibunya yang tengah hamil muda bersama adik bungsunya sempat tertimpa reruntuhan rumah.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com