Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

469 Orang Tewas akibat Gempa Lombok, Tim SAR Harap Tak Ada Lagi Korban

Kompas.com - 17/08/2018, 18:48 WIB
Fitri Rachmawati,
Bayu Galih

Tim Redaksi

LOMBOK UTARA, KOMPAS.com - Jumlah korban terus bertambah meski bencana gempa bermagnitudo 7 yang mengguncang Nusa Tenggara Barat telah berlangsung dua pekan.

Data terakhir hingga Jumat (17/8/2018), tercatat 469 orang meninggal dunia, 1.054 orang mengalami luka luka dan dirawat di sejumlah tenda pengungsian di Lombok Utara dan Kota Mataram.

Untuk sementara ini korban yang berhasil ditemukan pada Kamis lalu, adalah tiga orang yang merupakan satu keluarga. Mereka ditemukan di longsoran Dompu Indah, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, masing masing atas nama Hendra Ziriadi (33) dan dua anak laki lakinya, Lutfi (9) dan Fatih (1,7) tahun.

"Mereka semoga korban terakhir yang berhasil kami evakuasi. Kita berdoa tak ada korban lagi dan bencana ini segera berakhir," kata Juru Bicara SAR Mataram, I Gusti Lanang, Jumat.

Baca juga: Jasad Ayah dan 2 Anak Korban Longsor di Lombok Utara Ditemukan

Pasca-proses evakuasi terakhir, seluruh Tim SAR bersama TNI, Polri, Ditsatwa Polda NTB, Pemadam Kebakaran, dan Dinas Pekerjaan Umum NTB kembali ke posko Utama di Lapangan Tanjung. Mereka akan menunggu jika ada laporan kehilangan dari warga.

"Kami akan bersiaga hingga tanggap darurat berakhir tanggal 25 Agustus nanti. Semoga semuanya berakhir dan tak ada lagi warga yang melaporkan kehilangan anggota keluarga mereka," ucap Lanang.

Salah satu desa yang juga terdampak cukup parah adalah Desa Gumantar di Kecamatan Kayangan, Lombok Utara. Sebanyak 47 orang dilaporkan meninggal dunia di Desa Gumantar.

Mereka juga membutuhkan logistik yang selama ini tak banyak diperoleh dari pemerintah. Sebagian besar bantuan mereka peroleh dari relawan.

Baca juga: Fakta Terbaru Gempa Lombok, Korban Bertambah hingga Instruksi Jokowi

"Kami telah men-dropping sejumlah bantuan logistik dan kebutuhan sandang masyarakat di Gumantar, masyarakat membutuhkan perhatian lebih pemerintah," kata Koordinator Tim Peduli Gempa Lombok, Dwi Sudarsono, pada Kompas.com.

Dwi juga mengatakan bahwa dia bersama tim yang terdiri dari sejumlah NGO, Samanta, Solidatitas Masyarakat Untuk Transparansi (Somasi NTB), Santai (Yayasan Tunas Alam Indonesia), Yayasan Pedalangan Wayang Sasak (YangSasak), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mataram, selain memberikan bantuan logistik juga melakukan pendataan. 

Ini dilakukan agar tercatat berapa rumah warga yang rusak parah, rusak ringan, meninggal dan mengalami luka luka.

"Kami juga memberikan upaya mengungsi semangat mereka untuk bangkit lagi dan mulai membersihkan puing-puing rumah mereka. Agar perlahan-lahan bisa mengurai tumpukan material yang membuat mereka trauma," kata Dwi

Hal senada diungkapkan Isdina Putri dari organisasi YangSasak, yang akan melakukan upaya trauma healing. Bantuan penyembuhan trauma tak hanya diberikan untuk anak-anak, tetapi juga orang tua.

"Karena yang kebih sulit dihilangkan traumanya justru orang orang dewasa. Saya juga menilai masyarakat di Lombok ini termasuk orang orang yang kuat dan memiliki daya hidup yang tinggi, terbukti dari kemauan mereka untuk bangkit dan memulai kehidupan mereka. Karena mereka tak mau berpangku tangan dan tergerak untuk selalu beraktivitas seperti sedia kala," ucap Isdina.

Berdasarkan data BPBD NTB, hingga kini jumlah pengungsi di seluruh Lombok tercatat 417.529 jiwa sementara bangunan dan fasilitas umum yang rusak sebanyak 71.937 unit.

Kompas TV Upacara dilaksanakan sejumlah personel TNI-Polri, petugas Basarnas dan relawan serta disaksikan warga korban gempa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com