Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Marko, Korban Selamat Tenggelamnya Feri KMP Bandeng

Kompas.com - 16/08/2018, 13:09 WIB
Yamin Abdul Hasan,
Reni Susanti

Tim Redaksi

TERNATE, KOMPAS.com - Marko (48) sudah terlihat segar meski masih sedikit trauma ketika ditemui di RSUD Chasan Boesoerie Ternate, Kamis (16/8/2018) pagi tadi.

Marko, warga asal Bitung, Sulawesi Utara itu merupakan satu dari 46 penumpang dan ABK yang berhasil diselamatkan atas tenggelamnya kapal feri KMP Bandeng di perairan Loloda Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Rabu (15/8/2018).

Dalam peristiwa itu dia sempat terapung-apung selama kurang lebih 14 jam di laut hingga akhirnya dievakuasi kapal nelayan ke Desa Baja, Kecamatan Loloda Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara.

Dia lalu menceritakan kronologis detik-detik tenggelamnya feri yang membawa 51 penumpang dan ABK serta 12 kendaraan truk tersebut.

Baca juga: 5 ABK dan 1 Penumpang Kapal Feri KMP Bandeng Belum Ditemukan

Menurut Marko, saat itu, Selasa (14/8/2018) sekitar pukul 22.00 Wit, kapal feri berangkat dari pelabuhan feri Tobelo, Halmahera Utara menuju Bitung. 

Hari itu, cuaca dalam keadaan baik. Namun keesokan harinya, kapal mulai dihantam ombak setinggi 2-3 meter di sekitar perairan Loloda Kepulauan.

Begitu dihantam ombak terus-terusan, ada peringatan dari ABK kapal agar seluruh penumpang menggunakan jaket pelampung.

“Mungkin karena ombak tinggi kemudian kapal balik, nah balik ini sekitar satu jam kemudian akhirnya dihantam ombak hingga tenggelam,” kata sopir mobil truk itu.

Kapal itu, sambung dia, tenggelam karena air laut masuk dikarenakan posisi kapal yang sudah miring.

“Jadi mobil-mobil truk besar yang muat kopra dan kondisinya tidak stabil lagi, goyang ke kanan ke kiri, kemudian depan belakang hingga membuat kapal miring dan air laut masuk hingga tenggelam,” ungkap Marko.

Baca juga: 4 Fakta Kecelakaan Kapal KMP Bandeng, Pencarian Korban hingga Telepon dari Penumpang

Namun sebelum seluruh badan kapal tenggelam, ada peringatan dari pihak kapal bahwa kapal dan seluruh penumpang harus siaga.

“Jadi begitu kapal miring, semuanya dalam posisi siaga. Saat itu sekoci dan liferaft sudah dibuang ke laut. Begitu kapal betul-betul tenggelam, semua penumpang langsung lompat ke laut menuju sekoci dan liferaft tadi,” kata Marko.

“Sebelum itu juga sempat membantu teman-teman penumpang lain berenang ke liferaft, sedangkan feri beserta seluruh muatannya tenggelam ke dasar,” tambah Marko.

Marko mengatakan, saat itu ia hanya mampu menyelamatkan STNK mobil. Sedangkan barang lain miliknya ikut tenggelam. 

Marko perkirakan, kapal itu tenggelam sekitar pukul 11.00 WIT. Beruntung, ada salah satu ABK yang telepon selulernya bertahan di air yang masih sempat melakukan komunikasi bahwa kapal sudah dalam posisi tenggelam.

“Mungkin sudah ada firasat karena sebelum berangkat, bos saya yang ada di Tobelo sudah mengingatkan agar berangkat ke Manado menggunakan pesawat,” ujarnya lagi.

Sementara Sherli (21), salah satu penumpang wanita asal Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara mengaku pasrah ketika dihantam ombak besar. 

“Saat itu semua panik, saya sudah ikhlaskan semua tapi beruntung bisa selamat,” ujarnya di RSUD Ternate.

Dalam kecelakaan itu, tak ada satupun barang bawaan yang berhasil diselamatkan. Hanya pakaian di badan yang selamat.

Kompas TV 8 orang yang merupakan anak buah kapal dan penumpang selamat, KM Citra Harapan Tenggelam di Perairan Teluk Bone.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com