YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kekeringan di Kabupaten Gunung Kidul melanda 54 desa di 11 kecamatan.
Luasan daerah terdampak belum bertambah. Namun warga terdampak terus bertambah. Saat ini, warga terdampak kekeringan mencapai 116.216 jiwa dari sebelumnya 96.523 jiwa.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengaku belum ada penetapan status tanggap darurat
Berbeda halnya dengan Kabupaten Kulon Progo yang sudah menetapkan status tanggap darurat karena 8 kecamatan di daerah tersebus terdampak kekeringan.
"Anggaran kita untuk droping tahun ini baru terpakai sekitar Rp 250 juta, dari total anggaran sekitar Rp 600-an juta. Sehingga kami belum menetapkan tanggap darurat," ujar Edy saat dihubungi Senin (6/8/2018).
Baca juga: Lagi Makan Malam, Para Menteri Berhamburan Saat Gempa Guncang Lombok
Edy menjelaskan, setiap hari pihaknya melakukan droping air dengan memakai 6 unit armada tangki.
Per harinya distribusi ditargetkan menyalurkan 24 tangki yang masing-masingnya bermuatan 5.000 liter air bersih.
"Selain itu, anggaran di kecamatan yang terdampak kekeringan juga masih ada, dan banyak bantuan dari pihak ketiga juga banyak," imbuh dia.
Camat Nglipar, Witanto mengungkapkan, di wiliayahnya ada beberapa dusun yang mengalami kekeringan, di antaranya berada di Desa Katongan, Kedungpoh, dan Pengkol.
"Wilayah yang kekeringan memang belum teraliri PDAM, dan warga kami biasanya membeli dari tangki swasta sekitar Rp 125.000 hingga Rp 150.000," bebernya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.