Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Kebakaran, Saatnya Taman Nasional Komodo Punya Helikopter Khusus

Kompas.com - 06/08/2018, 11:05 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) Marius Ardu Jelamu mengatakan, untuk mengatasi masalah kebakaran padang rumput di Kawasan Taman Nasional Komodo, sudah saatnya harus disediakan helikopter khusus.

Keberadaan helikopter tersebut lanjut Marius, nantinya juga berperan untuk mengontrol dan juga mengawasi seluruh kawasan Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, NTT.

"Sudah waktunya kawasan yang luas itu dikontrol menggunakan helikopter. Tidak lagi bisa dikontrol secara manual, karena untuk memadamkan api secara manual yang dilakukan oleh tenaga manusia, tentu akan sangat sulit," ucap Marius kepada Kompas.com, Senin (6/8/2018).

Menurut Marius, hamparan savana yang luas dan mudah terbakar, sehingga harus ada penanganan canggih, dengan menggunakan bom air dan tentunya hanya bisa dilakukan dengan menggunakan helikopter atau pesawat kecil.

Baca juga: Gili Lawa Taman Nasional Komodo Terbakar, 11 Orang Diperiksa Polisi

"Kenapa harus dialokasikan helikopter, karena kawasan TNK sangat luas. Pulau komodo saja luasnya 341 kilometer persegi, belum pulau lainnya,"imbuhnya.

Selain helikopter kata Marius, harus ada kapal patroli laut dan juga menambah jumlah personel yang bertugas di Balai Taman Nasional Komodo.

Informasinya sebut Marius, jumlah personel di Balai Taman Nasional Komodo hanya 101 orang. Dengan jumlah sebanyak itu, tidak akan mungkin menjangkau semua kawasan obyek wisata andalan di NTT itu.

Marius yang turun langsung ke Gili Lawa Darat, pasca terbakarnya kawasan itu mengatakan, pihak Taman Nasional Komodo, juga harus memperketat orang atau wisatawan dari arah Barat atau selat Sape.

Harus juga diatur, pintu masuk ke kawasan Taman Nasional Komodo hanya satu saja. Selama ini kata dia, pengunjung bisa masuk dari semua tempat.

Baca juga: Gili Lawa Darat Kawasan Taman Nasional Komodo Ditutup Sementara

Untuk mengatur hal itu, maka harus disiapkan orang atau petugas untuk mengontrol. Kalau PNS di Taman Nasional Komodo kurang, maka gunakan masyarakat lokal di sekitar kawasan Taman Nasional Komodo, agar mereka merasa memiliki dan mengontrol serta menjaga kawasan itu dengan baik.

"Mempekerjakan para pemuda penggangguran di lokasi itu untuk menjaga kawasan itu dan tentu pemerintah harus memback up dana dengan memberikan honor. Saya rasa itu bisa diatur," ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 10 hektar lahan hutan di Gililawa Darat, Kawasan Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), terbakar.

Kepala Taman Nasional Komodo Budhy Kurniawan mengatakan, penyebab kebakaran itu, diduga kuat berasal dari api rokok yang dibuang oleh oknum pengunjung di puncak Gili Lawa Darat.

Kebakaran itu lanjut Budhy, berawal dari laporan masyarakat pada Rabu (1/8/2018) sekitar pukul 20.00 Wita.

Setelah menerima laporan, petugas dari Resort Padar, Loh Sebita dan juga dari Labuan Bajo langsung menuju lokasi untuk memadamkan api.

Kompas TV Tim Puslabfor Polda Bali akan tiba di labuan bajo hari ini, Sabtu (4/8) dan Minggu besok akan melakukan olah TKP.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com