Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Lengkap Ibu Lurah Pura-pura Mati agar Selamat dari Upaya Pembunuhan

Kompas.com - 03/08/2018, 07:38 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Polres Banyuwangi menggelar rekonstruksi kasus penganiayaan yang dialami Wilujeng Esti Utami (53), Lurah Penataban yang ditemukan nyaris tenggelam di Sungai Sere Dusun Sendangrejo, Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo, Selasa malam (31/7/2018).

Ada 10 adegan reka ulang yang digelar di halaman belakang Polres Banyuwangi, Kamis (2/82018), dengan menggunakan peran pengganti.

Sementara tersangka Agus Siswanto hanya duduk di kursi menyaksikan gelar rekonstruksi karena kakinya terluka tembak.

Dari rekonstruksi tersebut diketahui bahwa Ibu Lurah dan Agus sempat makan bakso bersama di Kecamatan Genteng. Agus juga menjelaskan, saat makan bakso posisi mereka berhadapan.

Sesekali Agus mengacungkan jempol kepada petugas kepolisian untuk membenarkan reka adegan oleh peran pengganti.

Selain itu, diketahui bahwa penganiayaan pertama kali dilakukan setelah Agus meminta Ibu Lurah melempar tas ransel berisi uang ke jok belakang.

Baca juga: Agus Mengaku Temui Gus Makki karena Bu Lurah Ingin Jadi Camat

Lalu Agus menodongkan pistol dan memukul bagian belakang kepala Ibu lurah sebanyak tiga kali hingga kepala mengenai bagian depan mobil. Kemudian, Agus menutup kepala korban dengan tas plastik warna hitam yang ada di dalam mobil.

"Setelah itu, korban pura-pura mati dan tersangka mengikat tangan korban di belakang lalu di bagian kaki juga," ujar Kapolres Banyuwangi AKBP Donny Adityawarman kepada Kompas.com, Kamis (2/8/2018).

Dari rekonstruksi tersebut juga diketahui bahwa tubuh Ibu Lurah tidak langsung dibuang, tetapi dibawa berputar-putar menggunakan mobil Hyundai warna silver milik tersangka.

Selama perjalanan itu, tersangka beberapa kali memukul kepala dan tubuh korban yang sudah pura-pura mati. Lalu tersangka kembali ke lokasi awal di tepi Sungai Sere dan mengeluarkan tubuh Ibu Lurah dan didorong ke dalam sungai sekitar pukul 22.00 WIB.

"Saat didorong, kepala Ibu Lurah sudah tidak di tutup plastik hitam, hanya mulutnya disumpal. Posisi tangan dan kaki masih tetap terikat," kata Donny.

Setelah membuang tubuh Ibu Lurah, Agus menuju ke rumah rekannya untuk menitipkan mobil. Lalu dengan teman perempuannya, ia menuju ke rumah pengasuh anaknya untuk menitipkan uang tunai Rp 60 juta.

"Saat perjalanan akan menitipkan mobil, tersangka membuang tas ransel milik korban, tetapi sudah kami temukan," kata Donny.

Kemampuan bertahan

Ibu lurah yang masih hidup berteriak meminta tolong setelah sumpalan mulutnya terlepas dan dia sempat terseret sejauh 50 meter. Saat ditemukan, Ibu lurah masih mengenakan kebaya hitam dan rok batik seragam pakaian adat Pemkab Banyuwangi hari Selasa.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com