Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TGB: Tak Relevan Bicara 2019 kalau Keadaan Kita seperti Suriah dan Afghanistan

Kompas.com - 27/07/2018, 23:52 WIB
Fitri Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com — Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) yang juga Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Jumat (27/7/2018), menegaskan, ulama bisa berpolitik, harus bersuara, tidak boleh diam apa pun risikonya.

“Karena kalau diam ketika ada sentimen keagamaan yang digunakan oleh orang yang tidak bertangung jawab, maka risikonya terlalu besar untuk bangsa kita. Kita semua harus bersuara,” katanya seusai membuka Konferensi Internasional Moderasi Islam di Masjid Habbul Wathan Islamic Center, Kota Mataram.

Dia mengingatkan bahwa beberapa bulan lalu sempat menyampaikan agar ayat-ayat perang dalam konteks kehidupan politik di Indonesia tidak digunakan. Hal itu adalah bagian dari upayanya bersuara.

“Dan, saya mempertanggungjawabkan itu. Saya ajak kita semua bersuara. Pasti ada risikonya. Semacam dalam situasi sekarang banyak bully dari mana-mana. Tapi kalau kita tidak suarakan, hal itu-jangan jangan kita akan sampai pada suatu keadaan saat kita menyuarakan sudah tidak ada artinya," paparnya.

Baca juga: TGB: Jangan Biarkan Mereka yang Tak Punya Otoritas Berteriak Atas Nama Islam

Menurut dia, tokoh agama harus bersuara dan menyebarkan nilai-nilai kasih sayang dan kedamaian sebagaimana. Perbedaan yang ada bukan menjadi penyebab saling membenci, apalagi menafikkan orang atau kelompok tertentu.

Tak terkait Pilpres 2019

TGB menegaskan, apa yang disuarakannya tidak terkait dengan Pilpres 2019. Ia meminta setiap pernyataannya tidak dikerucutkan hanya urusan pilpres.

“Dak ada kaitannya dengan pilpres. Jadi suara-suara yang baik jangan lagi direduksi hanya urusan (Pilpres) 2019. Ini urusan bangsa ke depan, tidak relevan bicara 2019 kalau keadaan kita sudah seperti Suriah dan Afghanistan, mau bicara apa kalau keadaan kita tak bisa diperbaiki," ujar gubernur dua priode ini.

TGB juga menekankan bahwa agama tidak harus dipisahkan dari politik. Agama itu wajib ada dalam politik.

Menurutnya, nilai spiritual dan nilai kemanusiaan seperti keadilan, bermusyawarah, membangun kesetaraan, kemudian menghadirkan kesejahteraan ada dalam agama.

“Yang tidak boleh adalah menggunakan sentimen keagamaan untuk hal-hal yang bisa membawa pada sesuatu yang destruktif, menganggap bahwa kelompoknyalah yang paling islami. Kalau sudah ada labelisasi seperti itu pasti akan membawa situasi yang tidak baik. Paling ekstremnya seperti apa yang menimpa negara-negara lain,” ulas TGB.

TGB menekankan bahwa hasil dari Konferensi Internasional Moderasi Islam nanti diharapkan memunculkan gambaran utuh bagaimana praktik-praktik moderasi Islam dalam kehidupan berbangsa.

Imam Besar Masjid Syaikh Abdul Qodir Jaelani Baghdad Iraq  Dr Anas Mahmud Kholaf setuju bahwa ulama berpolitik. Anas juga sepakat bahwa politik tidak bisa dipisahkan dari agama, tetapi masing-masing ada ahlinya.

“Saya berharap terutama ulama itu kosisten tetap di masjid dan tetap berdakwah, tetap mengembngkan ilmu pengetahuan. Begitu juga yang berada di jalur politik, mereka harus berpegang teguh pada etika dan nilai nilai keislaman sehingga antara agama dan politik bisa berjalan secara berdampingan," katanya.

Baca juga: Menurut Pengamat, Ada Tiga Alasan TGB Keluar dari Demokrat

Anas berharap, para dai atau ulama dapat terus menjaga masjid agar tetap konsisten dalam mengambangkan dakwah.

“Dan jangan sampai masjid digunakan untuk kepentingan di luar urusan dengan nilai-nilai agama," tegas Anas.

Kompas TV Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zainul Majdi, yang dikenal dengan sebutan TGB, resmi mengundurkan diri sebagai kader Partai Demokrat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com