Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk Puncak Kemarau, 33 Desa di Bima Dilanda Kekeringan

Kompas.com - 27/07/2018, 22:29 WIB
Syarifudin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Memasuki puncak kemarau, puluhan desa di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilanda kekeringan. Dampak kekeringan ini menyebabkan 3.165 kepala keluarga (KK) kesulitan air bersih.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima mencatat, ada 57 titik dari sejumlah desa yang tersebar di beberapa kecamatan mengalami dampak kekeringan.

“Sesuai hasil inventarisasi BPBD bersama berbagai pihak terkait, terdapat 33 desa mengalami kekeringan. Sementara jumlah rumah tangga yang terdampak krisis air sebanyak 3.165 kepala keluarga di 57 titik,” kata Kasi Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD, Bambang Hermawan, Jumat (27/7/2018).

Ia menyebutkan, kekeringan tersebut terjadi di desa-desa di Kecamatan Donggo, Soromandi, Bolo, Madapangga, Woha, Wawo, Ambalawi, Langgudu dan Kecamatan Wera.

Bambang mengaku, krisis air bersih di beberapa wilayah tersebut mulai dirasakan sejak awal bulan Juli ini. Beberapa wilayah sudah kesulitan mendapat air bersih karena sumber air menyusut dan mulai mengering.

“Pemenuhan air bersih untuk warga di sejumlah titik yang terdampak memang sulit terpenuhi. Saat ini mereka hanya mengandalkan air bantuan BPBD, untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan sebagian ada yang mengambil air di desa lain,” ujar Bambang.

Baca juga: Ribuan Hektar Sawah di Jawa Barat Alami Kekeringan akibat Kemarau

Sementara itu, puncak kekeringan diperkirakan terjadi pada Agustus 2018 mendatang. Melihat kondisi itu, BPBD mengusulkan kepada bupati Bima untuk menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan.

“Dampak kekeringan ini sudah mulai mengancam. Karena itu kita perlu usulkan penetapan status darurat, sebagai langkah antisipasi agar dampak kekeringan tidak meluas,” ucapnya.

Untuk mengatasi kekeringan, saat ini BPBD melanjutkan penyaluran air bersih ke sejumlah daerah yang mengalami krisis air bersih.

"Kita distribusikan air sebanyak 255.000 liter menggunakan dua armada mobil tangki ke tiap wilayah yang terdampak,” kata dia.

Baca juga: Kekeringan Melanda Kulon Progo, Sejumlah Desa Kesulitan Air Bersih

Menurut Bambang, distribusi air hanya bersifat sementara. Karena itu, pihaknya mengusulkan solusi jangka panjang dengan mendorong instansi terkait untuk membangun sistem penyediaan air minum (SPAM) di daerah-daerah rawan kekeringan.

“Daripada bangun Dam tapi enggak ada airnya, percuma. Mendingan alokasikan dana untuk bangun sumur bor, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat khusus dalam penyediaan air bersih,” pungkasnya.

Kompas TV Waduk Geyongan di kabupaten Cirebon, Jawa Barat kering.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com