Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Kawin Kontrak di China: Tolong Kami Pak, Pulangkan Kami dengan Cepat

Kompas.com - 27/07/2018, 17:50 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Salah satu korban perdagangan orang asal Indonesia di China, D meminta bantuan agar dirinya dipulangkan dari negeri tirai bambu itu. Sebab, ia mengaku sudah tidak tahan disiksa oleh suaminya yang merupakan hasil kawin kontrak.

Permintaan wanita berusia 28 tahun itu disampaikan kepada mantan bupati Purwakarta Dedi Mulyadi melalui WhatsApp, Jumat (27/2018).

Dedi pun mengirimkan screen capture percakapan dirinya dengan D.

"Tolong kami pak, pulangkan kami dengan cepat," tulis D via WhatsApp sambil menambahkan emoticon tangan memohon dan wajah menangis.

Dedi mengatakan, setelah kasus perdagangan orang ke China itu menyeruak, pihaknya langsung mendatangi keluarga korban.

Kebetulan, sebagian besar korban adalah warga Purwakarta, Jawa Barat. Para korban adalah satu grup bermain di Purwakarta.

"Korban kawin kontrak ada sekitar 16 orang. Sebagian asal Purwakarta," kata Dedi kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat.

Dedi pun berkomunikasi dengan salah satu korban melalui WhatsApp. Nomor ponsel korban diketahui dari orangtuanya.

"Tadi saya sempat berkomunikasi dengan D di China. Nangis-nangis, nggak bisa ngomong lama. Dalam posisi disekap tapi bisa komunikasi," kata Dedi.

Baca juga: Belasan Wanita Dikawin Kontrak di China untuk Jadi Budak Seks

Menurut Dedi, selama di China, mereka diperlakukan layaknya budak belian. Dengan kawin kontrak, pelaku merasa perempuannya itu adalah budak belian.

"Di sana mereka disekap dan disiksa. Mereka diawasi selama 24 jam. Tidak boleh berkomunikasi dengan orang luar. Jika ketahuan, maka mereka akan disiksa lagi," kata Dedi.

Meski disekap, kata dedi, namun korban masih bisa berkomunikasi secara sembunyi-sembunyi.

Awalnya mau jadi SPG

Dedi mengatakan, para korban kepada keluarganya mengaku akan bekerja menjadi sales promotion girl di Jakarta. Padahal kenyataannya, mereka akan melakukan kawin kontrak dengan warga China.

"Mereka sudah tahu dan bersedia dikawin kontrak. Tapi ke orangtuanya bilang mau jadi SPG di Jakarta," kata Dedi.

Untuk pergi ke sana, para korban dibuatkan identitas palsu. Sebab, salah satu korban berusia 16 tahun tetapi sudah punya KTP dan paspor.

"Seluruh korban trafficking dibuatkan identitas palsu, terutama yang belum memiliki identitas seperti anak 16 tahun, kok bisa punya KTP dan paspor. Sedangkan yang punya KTP diganti KTP baru. Alamatnya diubah," katanya.

Menurut Dedi, mereka bersedia dikawin kontrak oleh warga China karena dijanjikan mobil, uang dan rumah. Namun kenyataannya, di sana mereka malah jadi budak seks dan disiksa.

Koordinasi dengan Kemenlu

Dedi mengatakan, pihaknya akan mengundang semua keluarga korban ke rumahnya.

Selain itu, ia juga hari Senin akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri agar bisa segera memulangkan para korban.

"Kami juga akan berkoordinasi dengan Buruh Migran untuk bisa memulangkan mereka," katanya.

Baca juga: Polisi Tangkap Pelaku Perdagangan Orang Asal NTT di Bali

Menurut Dedi, saat ini pihak kepolisian juga sedang mengusut kasus tersebut. Dari aspek hukum, kepolisian yang berwenang.

"Saya menghormati upaya kepolisian dan akan didukung. Mungkin dari sisi personalitas, saya akan bantu untuk memulangkan mereka," kata Dedi.

Dedi pun menyatakan siap untuk pergi ke China menjemput para perempuan korban perdagangan orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com