Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Herayati, Anak Pengayuh Becak, Lulus ITB dengan Predikat "Cum Laude"

Kompas.com - 26/07/2018, 10:10 WIB
Mela Arnani,
Reni Susanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Keterbatasan ekonomi yang ada tidak membuat Herayati menyerah menggapai mimpinya untuk berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Herayati lulus sarjana dari Program Studi Kimia FMIPA ITB dan memperoleh predikat cum laude dengan IPK 3,77.

Saat ini, ia tengah menjalani program fast track ITB. Program ini merupakan lanjutan S-1 ke S-2 yang dapat diselesaikan dalam waktu lima tahun.

Ayahnya bekerja sebagai tukang becak, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Penghasilan orangtua Herayati tidak menentu setiap harinya.

Baca juga: 43 Mahasiswa Lintas Negara Meneliti Sumedang

Mimpi Sejak SMP

Hera, sapaan akrabnya, mempunyai keinginan masuk ITB sejak pendidikan sekolah menengah pertama (SMP).

Awalnya, ia mengikuti jalur seleksi SNMPTN, tapi gagal. Langkahnya tidak berhenti, ia kembali mencoba jalur seleksi SBMPTN dan diterima. Ia masuk ITB pada tahun ajaran 2014.

"Saya emang udah punya keinginan masuk ITB sejak kelas 9 MTS, di MTs Negeri Pulomerak waktu itu saya sekolah," kata Hera.

"Itu ada guru saya yang menceritakan ada alumni MTs yang kuliah di ITB dengan beasiswa. Saya ingin kuliah yang ada beasiswanya, jadi waktu itu saya tahunya cuma di ITB, maka saya pengin kuliah di ITB gitu," tambahnya.

Mempersiapkan Diri

Anak bungsu dari empat bersaudara ini mulai belajar untuk mempersiapkan tes masuk ITB sejak duduk di bangku SMA.

Hera belajar secara mandiri, hingga pada akhirnya mendapat beasiswa di salah satu lembaga bimbel karena prestasinya.

"Waktu masuk MAN, saya mulai merintis perjuangan, mulai belajar buat tes masuk ITB. Kelas 10 dan 11 saya belajar otodidak, sendiri, ya paling di sekolah ya dibimbing sama guru saja, tapi kalau di rumah saya sendiri, ga ikut bimbel," ujarnya.

Baca juga: Drone Pembantu Petani buatan Mahasiswa Indonesia Dipamerkan di Kantor Pusat Microsoft

Menginjak kelas 12, ia mengikuti try out yang diadakan Debus ITB yang merupakan Unit Kebudayaan Banten di ITB.

"Alhamdulillah waktu itu nilai saya tertinggi keempat dari seluruh peserta tes yang ikutan," tuturnya.

"Nah jadi untuk yang peringkat 1 sampai 5 itu kami diberikan beasiswa bimbel di salah satu lembaga bimbel, dari beasiswa itulah saya ikut bimbel. Soalnya kalau biaya sendiri saya ga punya sih," Hera menambahkan.

Dukungan Orangtua

Herayati, lulusan sarjana ITB dengan predikat cumlaude berfoto bersama kedua orang tua.Dok. Herayati Herayati, lulusan sarjana ITB dengan predikat cumlaude berfoto bersama kedua orang tua.
Dengan keterbatasan ekonomi yang ada, orangtua Hera mendukung langkahnya ketika ia memilih jalan hidup untuk berkuliah di ITB.

"Dari kelas 9 itu saya bilang ke orangtua pengin kuliah di ITB. Alhamdulillah saya punya orangtua yang mendukung banget. Jadi walaupun saya melihat kekhawatiran soal biaya bagi mereka, tapi mereka ga pernah bilang jangan. Jadi selalu mendukung apa yang saya mau ambil keputusannya," ujarnya.

Perempuan kelahiran Cilegon, Banten, ini menempuh pendidikan sarjana di ITB dengan beasiswa Bidik Misi.

Prestasi Herayati tak berhenti sampai di situ. Ia pernah menjadi delegasi Indonesia dalam acara Asia Pasific Future Leader Conference pada 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kedua orangtuanya menjadi motivasi terbesar Herayati untuk terus berprestasi.

"Motivasi berprestasi di ITB orangtua. Karena kan saya kuliah jauh, jadi ya sudah seharusnya saya melakukan yang terbaik di sana," kata dia.

Hera memberikan pesan untuk tidak takut bermimpi.

"Tetap semangat belajarnya, jangan lupa berdoa, percaya bahwa Allah maha segalanya, dan Allah sesuai prasangka hamba-Nya," ungkapnya.

"Jangan takut bermimpi, selalu berani menggapai mimpi, tetap sabar dalam menjalani prosesnya karena semua akan indah pada waktunya," begitu pesannya.

Kompas TV Ekstrak kacang dicampur sejumlah bahan menjadi sabun mandi cair.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com