Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Tahun PDAM Macet, Warga Terpaksa Pakai Air Pam Bocor di Selokan yang Kotor

Kompas.com - 25/07/2018, 18:28 WIB
Syarifudin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Warga Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, mengalami krisis air bersih.

Dampak kesulitan air bersih yang dirasakan ratusan kepala keluarga di wilayah itu terjadi sejak layanan Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) mati total.

Akibat terputusnya layanan perusahan milik daerah itu, warga sekitar kesulitan memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Salah seorang warga lingkungan Sarata, Dedi (40) mengatakan, jaringan air PDAM tak lagi mengalir ke pemukiman warga sejak dua tahun silam. Hal itu karena pipa saluran air terputus akibat banjir bandang di penghujung tahun 2016 lalu.

“Bayangkan sudah dua tahun kita kesulitan air bersih. Padahal selama ini kita hanya mengandalkan air dari PDAM, tapi sekarang sudah macet total,” kata Dedi kepada Kompas.com, Rabu (25/7/2018).

Terhentinya pasokan air bersih ini membuat warga harus menggunakan sisa air dari saluran pipa milik PDAM yang bocor.

Warga mengambil air di selokan itu karena di permukiman mereka tak memiliki sumber mata air yang memadai. Sementara air sumur di rumah warga tidak bisa digunakan. Sebab, air di lingkungan sekitar terasa asin akibat imbas laut.

“Sumur di sini hanya bisa dimanfaatkan saat musim hujan. Kalau lagi kemarau, air asin. Jangankan untuk minum dan masak, buat cuci aja tidak layak. Untuk kebutuhan sehari-hari, sementara ini, kita terpaksa manfaatkan air dari pipa yang bocor di selokan," tutur Dedi.

Pipa saluran air milik PDAM yang bocor itu berada di dalam saluran yang terletak di pinggir jalan, tepatnya di perempatan Pasar Raya Bima.

Di sekitar sumber air itu tercium aroma menyengat dari saluran. Bahkan di dalam saluran, air tampak berubah menjadi hitam karena dipenuhi sampah dan lumpur bercampur limbah hingga menimbulkan bau busuk.

Baca juga: Krisis Air, 600 Hektar Tanaman Padi di Aceh Utara Terancam Mati

Karena tak ada pilihan lain, Dedi dan warga lain tak peduli dengan kondisi saluran yang menyebarkan bau busuk. Mereka rela mengantre di lokasi untuk mengambil sisa air dari saluran pipa yang tertimbun lumpur dan limbah rumah tangga.

Menurut Dedi, sisa air yang mengalir dari pipa milik PDAM itu kerap jadi rebutan warga.

“Kadang-kadang harus antre sampai malam, baru dapat air. Di kampung tidak punya sumber air bersih, kita terpaksa ambil di sini menggunakan jerigen,” ujar Dedi saat ditemui di sela-sela mengisi air.

Air yang diperoleh dari pipa saluran tersebut langsung mereka gunakan untuk kebutuhan minum dan memasak. Warga mengaku air yang didapat layak untuk dikonsumsi. Sementara untuk keperluan WC, cuci dan mandi, mereka manfaatkan air sumur dan sungai terdekat.

"Air ini sumbernya dari saluran milik PDAM. Kita ambilnya pakai selang yang dihubungkan dengan pipa. Airnya juga bersih, tapi sekarang sudah mulai menipis," ujarnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com