Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dora Miranda, Pelopor Pendidikan dan Terapi Anak Autis Gratis di Bengkulu

Kompas.com - 25/07/2018, 13:12 WIB
Firmansyah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

 

Pendirian NBC

Tahun 2015 hingga 2016, Fardan sempat dirawat di pusat penanganan autis di Bengkulu.

Namun hasilnya tidak memuaskan. Akhirnya dengan jaringan yang dimilikinya, ia mendirikan NBC pada 2018.

Ia juga tidak menyarankan anak dengan autis sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) karena sistemnya belum mendukung terhadap penanganan anak autis.

"Saya belajar selama 5 tahun tentang penanganan anak autis baru mendirikan NBC," imbuhnya.

Berkat kegigihannya, Dora didaulat sebagai Ketua Chapter Bengkulu, Forum Komunikasi Orang Tua Anak-anak Spesial Indonesia (Forkasi).

Baca juga: Sebelum Mati Saya Ingin Melihat Anak Autis Bisa Mandiri

Bengkulu satu-satunya kota di Pulau Sumatera yang ditunjuk pusat. Forkasi banyak melakukan pendidikan mengenai penanganan anak autis secara gratis dengan tenaga ahli yang melibatkan psikolog, dokter, dan pemerintah.

"Jadi Pemda seharusnya tinggal jalani lagi misi Forkasi, bukan hanya orangtua. Pemda juga harus terlibat dengan memastikan adanya dokter, pendidikan, informasi, dan tenaga penanganan autis," imbuhnya.

"Forkasi menawarkan ayo anak-anak Bengkulu kita konsul gratis. Namun saya tidak bisa berbuat sendiri tanpa dukungan pemerintah daerah," sebutnya.

Pertimbangan Dora mendirikan yayasan NBC di Kota Bengkulu berangkat dari masih banyaknya anak-anak di Bengkulu yang butuh perhatian serius.

Padahal sebelumnya, ia memutuskan tinggal di Jakarta untuk mendampingi Fardan menjalani terapi dan pendidikan.

Saat ini, NBC dibantu Forkasi memiliki jaringan kuat terhadap psikolog, dokter tumbuh kembang anak, untuk membantu orangtua dan anak-anak spesial tersebut secara gratis.

"Konsultasi kami berikan gratis, kalaupun bayar itu yang berhubungan dengan obat saja, selebihnya diberikan gratis. Tak usah ragu untuk datang, yayasan NBC no money oriented," sebutnya.

Hingga saat ini terdapat 9 anak yang menjalani terapi di NBC dengan 4 orang guru terlatih. Para guru dilatih oleh Dora bersama Forkasi.

Menurut Dora, orangtua yang memiliki anak autis harus membuka diri, hati, dan pikiran, jangan malu.

Berbagi Tips

Dora berbagi tips buat orangtua untuk mendeteksi anak autis. Menurut dia, tumbuh kembang anak dari nol sampai 12 bulan merupakan standar pengawasan ketat.

Apabila tumbuh kembang anak tidak sama dengan anak-anak lainnya maka harus diwaspadai. Tidak saja kemungkinan autis namun bisa jadi gejala lainnya.

"Bisa saja bukan autis tapi itu sudah harus diwaspadai," tegasnya.

Saat ini, terdapat 300 anak dengan autis di Provinsi Bengkulu dan tidak semua mendapatkan layanan secara baik.

Ia menyarankan pada pemerintah agar memperbanyak pelatihan untuk guru-guru dan orangtua terkait penanganan autis.

Baca juga: Kisah Ariel, Bocah Penyandang Autis yang Ingin Naik Haji

 

Ia juga menyarankan pemerintah memperbanyak taman bermain gratis karena menurutnya hal tersebut mendukung terapi anak autis.

"Ayunan, jaring laba-laba, dan permainan lainnya itu baik untuk terapi anak autis, maka saya apresiasi pemerintah sudah memperbanyak sarana bermain, udah cukup gitu aja, termasuk trampolin untuk anak hiperaktif," ujarnya.

Selanjutnya dari sisi kebijakan, Dora menyarankan pemerintah menegaskan larangan merokok di tempat umum secara disiplin.

Ia juga meminta dengan tegas, pemerintah mengecek kandungan merkuri di bahan kosmetik, bahan bangunan karena memicu autis pada anak.

Ketiga, untuk tim kesehatan, memperbanyak program minum obat cacing karena di tubuh anak autis banyak hidup cacing parasit.

"Menyegerakan untuk peduli sama minum obat cacing, agar digalakan lagi," pintanya.

Untuk masyarakat umum, Dora menyarankan agar menerima anak-anak spesial ini sewajarnya.

"Terimalah mereka seperti biasa, jadikan mereka seperti anak biasanya, cukup itu saja," ungkapnya.

Saat ini, cita-cita besar Dora yakni mendirikan home schooling untuk anak-anak spesial. NBC merupakan cikal-bakal pendidikan tersebut.

Ia tak menampik bila ada donatur membantu mewujudkan mimpinya itu, maka dirinya akan sangat membuka diri.

Menurut dia, pendidikan anak-anak spesial harus didukung penuh oleh lingkungan sekitar dan itu berawal dari orangtua.

Kompas TV Alina Sari menggandeng lengan Ardi, putra tercinta menuju tempat pemungutan suara 10 di kawasan Benhil, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

lokasi tersebut bukan tempat pembuangan sampah umum, namun sejumlah anak kos yang ada di sekitar lokasi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com