Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Korban Penggusuran untuk Bandara Tolak Rumah Relokasi

Kompas.com - 24/07/2018, 15:36 WIB
Dani Julius Zebua,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Warga yang tergusur dari lokasi izin penetapan lokasi (IPL) Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kecamatan Temon, Kulon Progo, Yogyakarta, memilih bertahan.

Mereka juga menolak menempati rumah relokasi sementara yang ditawarkan pemerintah ataupun rumah kontrak jangka pendek yang disewa PT Angkasa Pura I (Persero).

Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang berada di Desa Triharjo di Kecamatan Wates, merupakan rumah relokasi sementara warga itu. Namun, rusunawa belum juga ditempati warga yang tergusur.

Ketua RT Rusunawa, Sutarto mengatakan, 8 rumah di rusunawa masih kosong sampai sekarang. Hanya barang-barang saja yang tiba di rusun di minggu lalu.

Barang-barang itu ditata rapi berdasarkan kepemilikan di dalam ruang yang biasanya digunakan penghuni rusun sebagai aula pertemuan. Barang tidak dimasukkan ke kamar.

Baca juga: Kades Glagah: Ada Keluarga Gusuran Bandara Tolak Ganti Rugi Rp 8 Miliar

Sutarto mengatakan, tidak mengetahui siapa saja yang akan menempati rusun itu.

"Barang datang langsung masuk (aula). Ada 1 keluarga datang mengambil barang itu lantas dikirim ke keluarganya. Dia tidak mau tinggal di rusun ini. Belum ada yang masuk ke dalam rusun sampai sekarang. Bertanya maupun komunikasi apapun tidak," kata Sutarto, Rabu (24/7/208).

Pembangunan NYIA semakin mendekati target operasional bandara pada April 2019. AP I dan PT Pembangunan Perumahan (PP) pun tak menunda lagi memindahkan warga 36 kepala keluarga (KK) yang terus bertahan di IPL.

Mereka kemudian mengeluarkan paksa warga dari rumah. Semua barang dipindahkan ke rumah relokasi maupun sewa. Setelah itu, mereka menggusur rumah yang warga tempati.

Sebelum melakukan penggusuran, AP menyiapkan 20 rumah untuk disewa di sekitar bandara. Upaya ini untuk meminimalisasi warga telantar.

Pemkab Kulon Progo juga turun tangan dengan menyediakan 5 rumah relokasi lain bagi warga.

Penggusuran tidak terhindarkan minggu lalu. Ketika itu, AP memindahkan barang dari setiap rumah ke rumah sewa. Mayoritas warga tergusur menolak penggusuran. Mereka menolak barang dipindahkan.

Warga yang tergusur memilih mendirikan tenda di sekitar bandara dan di dalam IPL. Beberapa yang lain bertahan di antara puing.

Seorang pemilik rumah sewa di Dusun Glagah, Desa Glagah, Temon, Martin Agung mengatakan, hingga kini rumah miliknya masih belum dimasuki siapapun sejak disewa AP.

"Kunci rumah sudah dibawa Angkasa Pura. Sampai sekarang belum ada yang masuk. Barang yang dibawa ke sini juga belum ada," kata Martin.

Martin mengaku tidak tahu siapa yang akan menempati rumah sewa itu nanti. Tidak ada aktivitas apapun di rumah itu. Termasuk barang-barang milik warga juga tidak tampak ada di rumah sewa miliknya.

"Semua yang tahu Angkasa Pura," kata Martin.

Baca juga: Usai Gusur 36 Warga, AP I Yakin Proyek Bandara Selesai April 2019

Pada kesempatan lain, mantan Kepala Dukuh Glagah, Strisno mengatakan, warga yang tergusur memilih mengungsi di tenda-tenda tak jauh dari bandara. Sebagian bertahan di masjid di dalam IPL. Sisanya tinggal di antara puing rumahnya.

"Mereka juga bikin dapur umum di sebelah (tenda)," kata Sutrisno, Senin lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com