Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rosani, Penderita Kanker yang Jualan Pentol untuk Biaya Kuliah

Kompas.com - 23/07/2018, 11:04 WIB
Sukoco,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Dia mengaku, bayi yang diadopsinya berasal dari perempuan yang hamil di luar nikah dan akan membuang bayi tersebut.

“Di pinggir pantai saya lihat itu perempuan mau buang bayinya. Karena kasihan saya adopsi,” katanya.

Demi Kuliah

Meski sel kanker bersarang di tubuhnya, semangat Rosani untuk mengenyam pendidikan tinggi tidak pernah pupus.

Rosani berniat melanjutkan kuliah setelah berhasil menyelesaikan ujian paket C.

Dia terpaksa mengikuti ujian paket C karena untuk mengikuti ujian nasional di sekolahnya harus mengulang kelas 3.

Saat naik kelas 3, ia nyaris tidak pernah mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolahnya karena disibukkan dengan pengobatan kemoterapi di Jakarta.

Untuk memenuhi keinginannya kuliah, Rosani sudah mendatangi sejumlah perguruan tinggi di Kota Tarakan. Sayangnya, keinginannya belajar ilmu hukum di perguruan tinggi terpaksa ditunda karena tidak ada peluang baginya mendapatkan beasiswa.

"Susah kalau ijazah kita paket C. Rencana kuliah di universitas terbuka juga gagal karena biayanya mahal,” ucapnya.

Baca juga: Obat Kanker Dihentikan Penjaminannya, Ini Jawaban BPJS Kesehatan

Meski demikian, Rosani tak patah arang mengejar keinginannya untuk kuliah tahun depan.

Sejumlah pekerjaan dia geluti seperti bekerja sebagai penjaga toko, berjualan cilok keliling, hingga membuat kue kering yang dititipkan ke tetangga sampai bekerja sebagai kasir di perusahaan jual beli hasil perikanan.

Sayangnya ia belum bisa mengumpulkan uang. “Uangnya habis buat kebutuhan susu si kecil (anak adopsinya),” tuturnya.

Sulitnya mencari biaya pengobatan, membuat Rosani memilih melupakan upaya pengobatan kanker yang dideritanya selama ini.

Dia lebih memilih memikirkan bagaimana melanjutkan hidup dan bekerja agar bisa meraih keinginannya kuliah tahun depan.

Apalagi biasanya pasca menjalani kemo, dia tidak bisa makan, pusing, dan mual.

“Kalau soal kanker saya pasrah, tapi saya harus bekerja agar bisa kuliah tahun depan dan membelikan susu si kecil,” ungkapnya.

Baginya, cita-cita kuliah tahun depan merupakan obat mujarab untuk melawan dua kanker yang masih terus menggerogoti tubuhnya.

Dia mengaku akan tetap bersemangat menjalani hidup dan akan tetap melawan kanker dengan caranya sendiri.

“Saya berusaha hidup agar bisa berguna buat orang lain. Meski saya sakit, saya akan berusaha untuk terus hidup demi si kecil,” pungkasnya.

Kompas TV Sekelompok remaja yang berasal dari Remaja Islam Cut Meutia mengajak masyarakat untuk berdonasi melalui acara musik bertajuk Ramadan Jazz Festival.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com