Sementara itu, menghadapi kondisi ruang kelas yang sudah banyak papan yang lapuk dan plafon sekolah yang berlubang, Warsiah kembali mengajak warga turun langsung membenahi sekolah.
Cara sederhana dengan mengecat sekolah yang dilakukan sekolah membuat warga antusias kembali turun langsung membantu pihak sekolah.
Proses belajar mengajar dulunya kacau balau dan berjalan cukup lama yang akhirnya berimbas pada kualitas pembelajaran yang diterima siswa sedikit demi sedikit juga mulai dibenahi Warsiah.
Sering tidak menerima pelajaran membuat hampir 70 persen siswa kelas bawah SD 013 tidak bisa membaca, bahkan untuk siswa kelas atas juga masih ada yang kesulitan membaca.
Dengan mengikuti program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) yaitu program yang difokuskan meningkatkan mutu pembelajaran bidang literasi, numerasi, dan inklutif pada jenjang pendidikan dasar, siswanya saat ini sudah tidak ada lagi yang kesulitan untuk membaca dan memahami bacaan.
Baca juga: Nasib SD 11 Parepare: Kembali Disegel Pemilik Lahan, Siswa Belajar di Lantai
Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) merupakan program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Australian yang difokuskan meningkatkan mutu pembelajaran bidang literasi, numerasi, dan inklutif pada jenjang pendidikan dasar
SD 013 yang dulu memiliki predikat mutu rendah dan tidak diminati warga karena bangunan sekolah yang hampir roboh, kumuh dan jam belajar yang tidak jelas karena guru yang sering tidak masuk dengan alasan sungai banjir akhirnya mulai tertata dengan rapi setelah hampir 2 tahun Warsiah melakukan pembenahan.
Selain lingkungan sekolah yang terlihat bersih rapi dan nyaman, para siswanya juga terlihat aktif dalam Gerakan Literasi Sekolah GLS.
Membaca sudah menjadi kebisaan siswa SD 013. Tahun ajaran 2018 – 2019 jumlah siswa SD 013 juga mulai bertambah banyak.
“Tahun ini kami jumlah siswa kami mencapai 70 siswa,” pungkas Warsiah.