Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Rangka Homo Sapiens Berusia 9.600 Tahun Ditemukan di Blora

Kompas.com - 20/07/2018, 19:48 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Jejak-jejak peradaban pada zaman prasejarah di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah mulai sedikit tersingkap. 

Balai Arkeologi Yogyakarta merilis tiga rangka "homo sapiens" di Gua Kidang, Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora.

Ketua Tim Peneliti Gua Kidang dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Indah Asikin Nurani menyampaikan, pihaknya telah menggelar riset di wilayah Blora sejak 2005.

Rinciannya, pada 2010, Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan rangka sepasang kaki Homo Sapiens dalam posisi telentang di kedalaman 170 sentimeter dari permukaan tanah. 

Baca juga: Melihat Kantor Desa Mirip Istana Negara, Dibangun 4 Tahun dengan Dana Rp 1,8 Miliar

Kemudian di 2012, ditemukan rangka utuh Homo Sapiens dalam posisi meringkuk di kedalaman 115 sentimeter dari permukaan tanah. 

Sementara 2013, ditemukan rangka utuh Homo Sapiens dalam posisi duduk tanpa kepala di kedalaman 115 sentimeter dari permukaan tanah.

"Ketiga rangka homo sapiens itu ditemukan berdekatan di mulut gua dekat dinding gua. Kami sudah sosialisasikan pada masyarakat dan Pemerintah kabupaten Blora pada pekan ini," ujar Indah kepada Kompas.com, Jumat (20/7/2018).

Gua Kidang yang berlokasi di kawasan hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Blora mempunyai luas sekitar 36 m x18 m x 18 m.

Menurut Indah, Gua Kidang merupakan satu-satunya gua hunian manusia prasejarah yang intensif dihuni dengan peninggalan yang lengkap berupa artefak, fitur, ekofak dari cangkang moluska, tulang vertebrata, dan peralatan pendukung dari batu.

Artefak-artefak itu antara lain berfungsi sebagai pengorek tanah, pengolah tanah, dan pengolah makanan.

Baca juga: Rumahnya Digusur untuk Bandara, Ponerah Bersumpah Tidak Ikhlas 7 Turunan

 

Temuan lain berupa beberapa fragmen tulang dan gigi Homo Sapiens yang mengindikasikan adanya gejala penguburan.

Temuan beragam artefak itu membuat situs Goa Kidang mendapat perlakuan khusus. Para periset ingin menelitinya secara berkelanjutan dari tahun ke tahun.

Balai Arkeologi Yogyakarta menilai, situs manusia prasejarah di Gua Kidang memiliki keistimewaan dibanding temuan di daerah lain.

Merujuk riset, manusia lampau di Gua Kidang diperkirakan setingkat lebih cerdas. Hal itu bisa dilihat dari temuan teknologinya. 

"Homo Sapiens yang kami temukan di Gua Kidang hidup pada 9.600 tahun before present (BP) atau sebelum sekarang," imbuhnya.

Dari sisi teknologi, manusia prasejarah di Gua Kidang sudah cerdas. 

"Meski tak ada bahan baku pembuatan perkakas dari batu, mereka bisa mengganti dengan bahan lain seperti cangkang, kerang, dan tulang. Tingkat kesulitan proses pembuatannya lebih tinggi dari perkakas batu," ungkap Indah.

Dengan hasil risetnya sejauh ini, sambung Indah, sudah sepatutnya jika Gua Kidang dibangun museum seperti rekonstruksi lorong waktu dan diorama.

"Iya, bagaimana mereka tinggal dulu. Stratigrafinya juga bisa ditunjukkan. Hal ini perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat Blora. Apalagi prediksi kami, masih banyak lagi rangka di bawah Gua Kidang ini," tuturnya.

Kepala Dinporabudpar Kabupaten Blora, Kunto Aji menyampaikan, Balai Arkeologi telah menggelar Sosialisasi dan Rapat Koordinasi antara Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blora dan KPH Perhutani Blora pada pekan ini.

Dalam sosialisasi tersebut hadir pula siswa, pengajar, Komunitas Jelajah Blora, Komunitas Upat Upat Bumi Todanan, Camat, TNI, dan Polri.

"Acara sosialisasi kemarin bertujuan agar masyarakat Blora dapat mengetahui kehidupan yang terjadi di masa lalu. Rencana situs Gua Kidang akan menjadi salah satu rintisan obyek wisata di Blora untuk sarana edukasi," tutur Kunto.

Menurut Kunto, dalam sosialisasi itu, seorang pakar lulusan S3 Australia National University, Doktor Anggraeni berharap terwujudnya Peraturan pemerintah yang bertujuan melindungi sumber daya hayati yang ada.

"Dosen dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada itu menyebut jika pegunungan Kendeng berpotensi sebagai rumah hunian dari masa yang lebih tua. Dan ia berujar jika ancaman gua karst salah satunya adalah pertambangan," ungkap Kunto.

Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kalonan ini pun mendapat respons baik dari Kepala Perum Perhutani KPH Blora.

"Ternyata di Kabupaten Blora banyak potensi yang bisa dioptimalkan. Dari mulai gua, bukit hingga sungai yang bisa menjadi daya tarik wisata," kata Kepala Perum Perhutani KPH Blora, Rukman Supriatna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com