Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukijan, Sang Penjaga Mata Air di Bukit Menoreh

Kompas.com - 17/07/2018, 13:26 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Air mengalir di antara celah batu-batu hitam sepanjang Kali (Sungai) Salam di Dusun Clapar 3, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Sungai ini nyaris kering.

Air berasal dari jauh, yakni dari balik sebuah tanggul batu bata di sungai ini di batas dusun Clapar 3 dengan Clapar 1, Kokap.

Debitnya memang tidak besar di tengah musim kemarau dan kekeringan yang sedang melanda sebagian wilayah Kulon Progo.

Sukijan, pria separuh baya asal Clapar 3, tampak membersihkan salah satu bak kecil pada tanggul. Ia membuang daun-daun kering dan ranting dari sekitaran tanggul dan bak kecil penampung. Sesekali ia memperhatikan ke dalam bak itu riak pelan air yang masuk ke dalam sebuah pipa.

Baca juga: Kekeringan Melanda Kulon Progo, Sejumlah Desa Kesulitan Air Bersih

"Ini debitnya kecil sekali. Sudah sangat berkurang. Dulu, kita masukkan tangan saja ke bak, tangan tersedot ke dalam pipa karena debit besar. Sekarang tidak," kata Sukijan. Raut mukanya datar.

Entah kali ke berapa di minggu ini Sukijan mampir ke tanggul yang dibangun warga dan pemerintah desa pada 2014 silam.

Bangunan itu sebenarnya penampungan melintang setinggi pinggang untuk menyaring air yang muncul dari beberapa mata air yang tidak jauh dari sana, menyaringnya, lantas mengalirkannya melalui sebuah pipa hingga sejauh 1.500 meter ke bak kapasitas 25m3 di pinggir pemukiman.

Bak ini penampungan utama air baku bagi warga Clapar 3. Melalui program Penyediaan Air Minum Desa (Pamdes), mereka memompa air ke lima penampungan di tengah warga dengan jejaring pipa sampai 6 km. Bak utama ini selalu penuh tiap 6 jam.

Tapi debit air sekarang semakin kecil. Satu bulan belakangan, bak utama baru terisi penuh setelah 24 jam.

Baca juga: Perjuangan Takmir Masjid Menyiapkan Air Bersih di Tengah Kekeringan

"Jumlah air yang dikonsumsi lebih besar dari pasokan air. Biasanya tiap 6 jam terisi, belakangan 24 jam," kata Sukijan.

Debit menurun sebagai dampak kekeringan yang melanda Kulon Progo. Banyak sumur dan mata air mengering. Musim ini juga mengancam mata air bagi warga Clapar 3.

Sukijan khawatir kalau kemarau masih akan berlangsung lebih lama lagi, mata air di batas dusun ini bisa jadi berhenti muncul. Dusun pun bisa mengalami kekeringan dan kesulitan air seperti desa-desa lain.

Sukijan menceritakan, warga Clapar sendiri punya pengalaman kesulitan air di musim kemarau sebelum tahun 2014. "Warga menggendong air sampai ke sini," kata Sukijan.

Suatu kali kekeringan datang, sejumlah mata air di sungai menjadi andalan. Mata air dengan debit besar ada di perbatasan dua dusun. Di tempat itulah mereka membuat penampungan.

Baca juga: Puluhan Ribu Warga Gunungkidul Terdampak Kekeringan

Perjalanan waktu banyak mata air yang mati di sungai ini. Mata air sumber Pamdes saja yang bertahan hingga kini. Selebihnya, sekitar 5 mata air lagi yang masih bertahan dan dikelola perorangan.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com