Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapendam Cenderawasih Jelaskan Situasi Nduga Soal Isu Serangan Udara

Kompas.com - 16/07/2018, 08:11 WIB
Kontributor Kompas TV Timika, Irsul Panca Aditra,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TIMIKA, KOMPAS.com - Kepala Penerangan Kodam 17 (Kapendam) Cenderawasih Kolonel Infantri Muhammad Aidi menjelaskan kondisi situasi Nduga, Papua, menyusul berita hoaks soal serangan udara dan pengeboman di Kampung Alurugu, Distrik Kenyam, Nduga, Papua, pada 11 Juli lalu.

Aidi menegaskan, hingga kini tidak ada helikopter milik TNI baik TNI AU, AD dan AL yang dioperasikan di Nduga untuk kegiatan admistrasi, pengiriman logistik apalagi untuk serbuan dan pengeboman.

Aidi menjelaskan, peristiwa yang terjadi pada 11 Juli lalu hanya terjadi kontak tembak antara personel kepolisian dan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB).

Baca juga: Penjelasan Polri soal Penembakan Heli di Kabupaten Nduga, Papua

Saat itu, helikopter milik Polairud yang bertugas mengangkut logistik dari Timika ke Kenyam akan mendarat ditembak KKSB dari arah Kampung Aluguru, sehingga personel Brimob yang mengawal helikopter membalas tembakan, dibantu dengan aparat kepolisian yang bertugas di darat.

"Akibat insiden tersebut tidak diketahui apakah ada jatuh korban atau tidak dari pihak penyerang, karena aparat keamanan tidak melaksanakan pengejaran lanjutan," kata Aidi melalui rilis resmi, Minggu (15/7/2018) malam.

"Kalaupun mereka laporkan ada jatuh korban pasti korban tersebut dari pihak KKSB yang melaksanakan serangan, bukan masyarakat biasa karena aparat keamanan hanya membalas tembakan ke arah datangnya serangan," tambahnya.

Aidi mengatakan, paska serangkaian aksi penembakan yang dilakukan KKSB akhir Juni lalu, TNI-Polri dan Pemda Nduga melakukan pertemuan.

Baca juga: Polisi Sebut Tak Ada Penyerangan Udara Tapi Baku Tembak dengan KKB

Dalam pertemuan itu disebutkan Kampung Aluguru adalah tempat yang dijadikan markas oleh KKSB gabungan dari kelompok Mapenduma, Sinak, Tiom dan wilayah lain.

"Indikasi awalnya mereka mau menggagalkan proses Pilkada di Nduga dengan melaksanakan serangkaian aksi teror. Diantaranya menembaki pesawat angkutan sipil yang sangat dibutuhkan untuk memasok kebutuhan pokok masyarakat Nduga, membantai masyarakat sipil tak berdosa bahkan anak kecilpun ikut dibacok," jelasnya.

Kemudian, lanjut Aidi, dalam rapat tersebut disepakati akan dilaksanakan penindakan dan penegakan hukum dengan mengedepankan tindakan polisioner.

Sedangkan aparat TNI tetap melaksanakan pembinaan wilayah. Namun secara insidentil, apabila dipandang perlu pasukan TNI, maka akan bergerak terhadap sasaran terpilih.

Baca juga: Kapolri: Pilkada Susulan di Kabupaten Nduga Sudah 100 Persen

"Jadi segala tindakan aparat keamanan di Nduga telah dikoordinasikan dengan pihak Pemda setempat," katanya.

Untuk itu, kata Aidi, kehadiran satuan Brimob di Nduga dalam rangka pengamanan Pilkada sekaligus penindakan dan penegakan hukum terhadap pelaku penembakan pesawat dan pembantaian terhadap masyarakat.

"Sedangkan pasukan TNI sudah insert sejak lama di Nduga hingga sekarang belum ada penambahan pasukan," tuturnya.

Bantah pernyataan KKB

Aidi juga membantah pernyataan dari Egianus Kogeya yang menyebutkan ada empat helikopter TNI AU melakukan serangan udara dan pengeboman di Aluguru.

"Pernyataan itu sangat tidak mendasar, meskipun yang bersangkutan menyatakan bahwa dia sendiri sebagai saksinya itu sangat wajar, karena memang dia dan kelompoknyalah yang menjadi sasaran penegakan hukum oleh aparat keamanan setelah melakukan serangkaian aksi teror dan pembantaian terhadap warga masyarakat tak berdosa," ujarnya.

Sebelumnya, Eginus Kogeya yang mengaku sebagai komandan operasi lapangan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Komando Nasional Kodap III Ndugama mengatakan, TNI AU menggunakan empat helikopter, salah satunya mengantung bom dan melepaskan ke Kampung Alurugu.

Bahkan Elginus juga mengaku paska serangan itu, tujuh anak buahnya hilang dan masyarakat mengungsi ke dalam hutan.

Baca juga: TNI - Polri Perkuat Keamanan di Nduga, Lokasi Tertembaknya Trigana Air

Menurut Aidi, pernyataan yang disampaikan Egianus Kogeya adalah upaya memutar balikkan fakta untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Aidi menegaskan, aparat keamanan akan terus melakukan pengejaran terhadap KKSB dalam rangka penindakan dan penegakan hukum.

Namun, apabila KKSB secara sukarela mau menyerahkan diri beserta senjatanya kepada pihak berwajib, maka akan dijamin keamanan dan keselamatannya.

Terkait ada warga yang mengungsi ke hutan, menurut Aidi tidak benar. Sebab, saat ini situasi di Kenyam kondusif dan aktifitas masyarakat normal.

"Mama-mama dan pemilik toko sudah mulai buka kios dan jualan," katanya.

Aidi menjelaskan, masyarakat yang ke hutan adalah masyarakat yang berasal dari Distrik Yuguru, Paro, Mugi dan Mapenduma.

Mereka akan pulang dari Kenyam ke kampungnya masing-masing dengan berjalan kaki melewati hutan karena tidak ada pesawat.

"Waktu tempuh bervariasi sesuai dengan jarak antara satu hari sampai tiga hari. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat Nduga selama ini," ujarnya.

Kompas TV Trigana Air memutuskan untuk menghentikan semua penerbangan, untuk membawa logistik Pilkada.


"Makanya masyarakat Nduga sangat berharap agar jalan Trans Papua yang menghubungkan Wamena-Nduga dan melintasi Distrik Yuguru, Paro, Mapenduma, Yigi dam Mbua dapat segera dioperasionalkan," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com