Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapendam Cenderawasih Jelaskan Situasi Nduga Soal Isu Serangan Udara

Kompas.com - 16/07/2018, 08:11 WIB
Kontributor Kompas TV Timika, Irsul Panca Aditra,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Kompas TV Trigana Air memutuskan untuk menghentikan semua penerbangan, untuk membawa logistik Pilkada.

Aidi juga membantah pernyataan dari Egianus Kogeya yang menyebutkan ada empat helikopter TNI AU melakukan serangan udara dan pengeboman di Aluguru.

"Pernyataan itu sangat tidak mendasar, meskipun yang bersangkutan menyatakan bahwa dia sendiri sebagai saksinya itu sangat wajar, karena memang dia dan kelompoknyalah yang menjadi sasaran penegakan hukum oleh aparat keamanan setelah melakukan serangkaian aksi teror dan pembantaian terhadap warga masyarakat tak berdosa," ujarnya.

Sebelumnya, Eginus Kogeya yang mengaku sebagai komandan operasi lapangan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Komando Nasional Kodap III Ndugama mengatakan, TNI AU menggunakan empat helikopter, salah satunya mengantung bom dan melepaskan ke Kampung Alurugu.

Bahkan Elginus juga mengaku paska serangan itu, tujuh anak buahnya hilang dan masyarakat mengungsi ke dalam hutan.

Baca juga: TNI - Polri Perkuat Keamanan di Nduga, Lokasi Tertembaknya Trigana Air

Menurut Aidi, pernyataan yang disampaikan Egianus Kogeya adalah upaya memutar balikkan fakta untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Aidi menegaskan, aparat keamanan akan terus melakukan pengejaran terhadap KKSB dalam rangka penindakan dan penegakan hukum.

Namun, apabila KKSB secara sukarela mau menyerahkan diri beserta senjatanya kepada pihak berwajib, maka akan dijamin keamanan dan keselamatannya.

Terkait ada warga yang mengungsi ke hutan, menurut Aidi tidak benar. Sebab, saat ini situasi di Kenyam kondusif dan aktifitas masyarakat normal.

"Mama-mama dan pemilik toko sudah mulai buka kios dan jualan," katanya.

Aidi menjelaskan, masyarakat yang ke hutan adalah masyarakat yang berasal dari Distrik Yuguru, Paro, Mugi dan Mapenduma.

Mereka akan pulang dari Kenyam ke kampungnya masing-masing dengan berjalan kaki melewati hutan karena tidak ada pesawat.

"Waktu tempuh bervariasi sesuai dengan jarak antara satu hari sampai tiga hari. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat Nduga selama ini," ujarnya.


"Makanya masyarakat Nduga sangat berharap agar jalan Trans Papua yang menghubungkan Wamena-Nduga dan melintasi Distrik Yuguru, Paro, Mapenduma, Yigi dam Mbua dapat segera dioperasionalkan," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com