Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah dengan Anus Buatan di Perut Ini Membutuhkan Bantuan Dermawan

Kompas.com - 15/07/2018, 18:10 WIB
Junaedi,
Amir Sodikin

Tim Redaksi

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – MF, seorang bocah berusia 2 tahun yang tinggal di Dusun Belubu, Desa Puccadi, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, kini sedang membutuhkan uluran bantuan dari para dermawan.

MF dilahirkan tanpa lubang pelepasan atau anus. Dokter harus mengeluarkan kotoran melalui anus buatan di perut MF.

MF tinggal bersama keluarga kurang mampu. Ayah MF, Safaruddin (30), seorang buruh bangunan, kini tak bisa produktif bekerja karena kakinya patah tulang akibat kecelakaan.

Kerap dipandang jorok karena tak memiliki dubur dan harus dibuatkan lubang pelepasan di perutnya, bocah MF ini tampak mulai minder bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Kantong plastik yang dipasang di perut dan diikat dengan kain untuk menampung kotoran, kerap diejek jorok oleh teman-teman sepermainannya. Kedua orangtuanya pun mulai cemas dengan kondisi anaknya itu.

Bocah MF yang ditemui Kompas.com di rumahnya ini tampak tak bergairah. MF lebih banyak menempel di samping ibu atau ayahnya setiap hari, saat anak-anak tetangga seusianya sedang asyik bermain.

Bocah MF yang lahir 2016 lalu itu memang lahir di Puskesmas setempat dalam kondisi tanpa lubang dubur atau anus. Agar bisa tumbuh normal, dokter yang menangani kelahiran MF dua tahun lalu membuat lubang dubur di bagian perutnya.

Praktis MF selama ini buang kotoran setiap hari hanya lewat lubang buatan di perutnya.

Kini setelah menginjak usia lebih dari 2 tahun terakhir, MF makin tumbuh dewasa seperti bocah lainnya. Namun karena kondisi lubang dubur yang menempel di perutnya, membuat MF kerap jadi bahan ejekan atau diolok-olok oleh rekannya.

Orang tua MF sendiri, Safaruddin (30) dan Asriasi (25), mulai khawatir dengan kondisi fisik MF dan kondisi sosial sekitarnya yang bisa memengaruhi perkembangan psikologi anaknya. Safaruddin kahwatir MF tumbuh menjadi anak yang minder dan tidak percaya diri.

Ia berniat membawa anaknya ke dokter untuk menjalani operasi, namun buruh bangunan yang tidak menentu pendapatannya ini mengaku tak mampu membiayai anaknya ke rumah sakit. "Jangankan biaya operasi, biaya dapur rumah tangga saja morat marit," kata Safaruddin.

Keluarga Safaruddin untuk memenuhi kehidupan sehari-hari masih berharap uluran tangan sanak keluarga atau tetangganya.

Safaruddin mengaku tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia kerap menjadi buruh bangunan jika ada tetangga atau kontraktor yang mebutuhkan tenaganya, itu pun tidak rutin setiap hari.

Kondisi keluarga ini makin miris lantaran Safaruddin yang menjadi tulang punggung keluarga ini mengalami kecelakaan hingga patah tulang kaki beberapan bulan lalu. Praktis untuk hidup sehari-hari keluarga ini hanya ditopang dari uluran tangan dari keluarga dan juga tetangga yang simpati.

Kerap diejek karena kelainan dubur di perut, bocah MF ( 2 tahun) minder bergaul dengan teman-temannya.KOMPAS.Com Kerap diejek karena kelainan dubur di perut, bocah MF ( 2 tahun) minder bergaul dengan teman-temannya.
“Sebagai orangtua tentu berharap anak tumbuh normal seperti anak lainnya. Saya selalu berusaha agar MF bisa dioperasi tapi kondisi saya sebagai buruh bangunan yang tidak menentu, terus terang tak mampu membawa anak saya ke rumah sakit untuk dioperasi,” tutur Safaruddin lirih.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com