Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zohri, Sang Juara Dunia Lari U-20, Pergi ke Sekolah Telanjang Kaki karena Tak Punya Uang (2)

Kompas.com - 13/07/2018, 21:21 WIB
Fitri Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

LOMBOK UTARA, KOMPAS.com - Begitu tiba di pintu gerbang menuju bangsal di Lombok Utara, Kompas.com bertanya kepada sejumlah tukang ojek alamat rumah Lalu Muhammad Zohri, sang juara dunia lari 100 meter U-20 di Finlandia.

Kami langsung akan diantarkan tepat di depan gang rumah Zohri.

Zohri bukan hanya menjadi buah bibir di media dan warga kampungnya, anak kampung Dusun Pangsor, ini juga menjadi sorotan masyarakat Indonesia dan bahkan dunia, karena kecepatan larinya yang memecahkan rekor nasional 10,18 detik (dengan percepatan angin searah pelari 1,2 meter/detik).

“Jalan ini tempatnya jogging ini, lari-lari, kita kan kira dia olahraga biasa-biasa, tahunya dia mengikuti berbagai lomba dan terakhir ini juara dunia. Kita bangga sekali sebagai orang sekampung Badoq alias Zohri,” kata Haji Ahmad Ridho, salah satu tokoh masyarakat Pangsor kepada Kompas.com, Kamis (12/7/2018).

Baca juga: Zohri, Sang Juara Dunia Lari U-20, Hidup Yatim Piatu di Rumah Lapuk dan Tak Bisa Beli Sepatu (1)

Seharian berada di kampung halaman Zohri, tampak beragam aktivitas warga yang sebagian besar nelayan, buruh tani dan berladang. Ada juga buruh serabutan dan bekerja di kawasan wisata tiga Gili, Terawangan, Gili Air dan Gili Meno.

Ridho mengaku kerap dimintai nasihat oleh Zohri karena dirinya dianggap orang tua sendiri. Ia dan warga lainnya mengenal Zohri sebagai remaja pendiam dan lugu.

“Dia pernah bertanya pada saya untuk ikut Olimpiade Seni Siswa Nasional (OS2N), saya mendorongnya untuk ikut. Saya katakan padanya agar dia sungguh-sungguh. Karena sudah tak ada orang tua, anaknya itu nurut. Ternyata hasilnya luar biasa. Sebagai warga kampung ini kita bangga sekali,” kata Ridho.

Ridho selalu berpesan pada Zohri jangan cepat puas dengan kesuksesan awal, harus tetap rendah hati dan tidak sombong atas prestasi yang diraih.

Hidup prihatin

Semua warga termasuk Ridho menilai, hidup Zohri dalam serba kekurangan. Rumahnya pun masuk ketegori tidak layak huni.

“Pernah sih dijanjikan rumahnya akan diperbaiki dari dulu, Pak Kadus cerita sudah masuk daftar renovasi rumah kumuh, tapi tak ada realisasinya sampai sekarang, semua orang kampung sini tahu,” katanya.

Baca juga: JEO-Lalu Muhammad Zohri, Debutan Pelari Pengganti yang Jadi Juara Dunia U-20

Selama sekolah, Zohri kerap tak memakai sepatu dan selalu berjalan kaki, padahal jarak sekolah dari rumahnya sekitar 3 kilometer.

"Kawan-kawannya naik ojek, Zohri jalan kaki, tapi dia selalu sampai sekolah hampir bersamaan, begitu juga pulangnya, dia jalan itu seperti lari," kata sahabatnya sejak kecil, Putri Adelia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com