Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hoaks, Isu Serangan Udara TNI-Polri di Kampung Aluguru

Kompas.com - 13/07/2018, 06:49 WIB
Kontributor Kompas TV Timika, Irsul Panca Aditra,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TIMIKA, KOMPAS.com - Kodam 17 Cenderawasih membantah isu bahwa pasukan gabungan TNI-Polri telah melancarkan serangan udara dengan menggunakan dua unit pesawat helikopter milik TNI di Kampung Aluguru, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua, pada Rabu (11/7/2018).

Kepala Penerangan Kodam 17 Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi menegaskan, isu tersebut tidaklah benar alias hoaks.

Menurut Aidi, hingga kini belum ada pergerakan pasukan TNI untuk mengejar Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Nduga, baik melalui darat maupun lewat udara.

"Hingga saat ini alutsista TNI, khususnya pesawat udara, baik helikopter maupun pesawat terbang, belum pernah digunakan untuk melaksanakan serbuan di Papua," kata Aidi dalam rilisnya, Kamis (12/7/2018).

Baca juga: TNI - Polri Perkuat Keamanan di Nduga, Lokasi Tertembaknya Trigana Air

Dia mengatakan, alutsista milik TNI sejauh ini hanya digunakan untuk mendorong logistik, termasuk mendukung pemerintah daerah dan membantu masyarakat setempat dalam mengatasi kesulitan sarana angkutan lewat udara ke Kenyam.

Sebelumnya, sebuah akun Facebook menyebutkan bahwa pada Rabu sekitar pukul 08.00 WIT empat helikopter datang dari Kabupaten Asmat menuju Nduga. Sesampainya di Nduga, empat helikopter tersebut masuk ke arah perkampungan dan melakukan tembakan membabi buta. Helikopter tersebut ditumpangi anggota Brimob dan TNI.

Isu ini beredar di media sosial sejak Rabu (11/7/2018) malam. Kini, postingan itu sudah dihapus.

Aparat jamin keamanan

Sementara itu, status politik dan eskalasi ancaman keamanan di Papua, menurut Aidi, adalah tertib sipil. Sama dengan yang berlaku di daerah lain di seluruh wilayah Indonesia. Artinya, penegakan hukum masih mengedepankan tindakan polisionir.

Tapi kenyataannya, lanjut Aidi, TNI-Polri jatuh korban di Kabupaten Puncak beberapa waktu lalu, baik korban jiwa maupun luka-luka.

"Kami berbelasungkawa tetapi tidak ada ribut-ribut, belum ada tindakan," katanya.

Baca juga: Polisi Sebut Tak Ada Penyerangan Udara Tapi Baku Tembak dengan KKB

Aidi justru mempertanyakan tindakan KKSB yang melakukan pembantaian terhadap tiga warga sipil, serta menembak pesawat angkutan umum di Kenyam. Padahal, pesawat tersebut sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengangkut kebutuhan pokok ke wilayah tersebut.

"Kalau aparat keamanan melaksanakan penindakan hukum, kok mereka langsung teriak-teriak," tanyanya.

Namun demikian, Aidi memastikan aparat keamanan akan tetap melaksanakan pengejaran dalam rangka penegakan hukum terhadap KKSB.

Mengangkat senjata secara ilegal, lanjut dia, tidak pernah dibenarkan dalam aturan hukum manapun, termasuk upaya perlawanan terhadap kedaulatan Negara, tidak akan pernah ditoleransi.

Baca juga: Sempat Hilang Pasca-Penembakan KKB, Satu Polisi Dinyatakan Gugur

"Namun mekanisme tentunya aparat keamanan akan mematuhi dan menjunjung tinggi hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Beda dengan pihak KKSB, mereka adalah gerombolan tidak mengenal norma, hukum dan aturan. Tidak mengenal kombatan dan non-kombatan, bahkan anak kecil pun mereka bantai," katanya.

Aidi menegaskan, penindakan hukum ditujukan terhadap KKSB yang nyata-nyata telah mengangkat senjata secara ilegal, melakukan perlawanan dan merongrong kedaulatan Negara, serta meneror rakyat sipil tak berdosa hingga pembantaian tidak berperikemanusiaan.

Keberadaan aparat keamanan di Kenyam, menurut Aidi, untuk mengamankan pemukiman warga dan melindungi rakyat sipil dan penegakan serta penindakan hukum, bukan menyerang rakyat sipil.

Aidi mengimbau warga sipil Kenyam agar tidak perlu takut selama operasi penegakan hukum. Warga diminta tidak perlu melarikan diri ke hutan karena aparat keamanan menjamin keselamatan mereka yang berdiam di kompleks pemukiman.

Baca juga: Sebelum Tewas Ditembak, Margaretha Bilang Rumahnya Dikepung Anggota KKB

TNI tetap melakukan pendekatan teritorial dan tindakan persuasif kepada mereka yang masih berbeda pandangan agar bersedia kembali ke pangkuan NKRI.

"Serahkan senjata ke pihak berwajib karena itu adalah senjata ilegal berbahaya," pinta Aidi.

Kompas TV Setelah pencarian selama 4 hari, Brigadir Sinton Karabek yang turut diserang kelompok kriminal bersenjata di Papua ditemukan tewas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com