Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Kemarau Diprediksi Sampai Oktober 2018, Petani Diimbau Cermat

Kompas.com - 07/07/2018, 21:28 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau masih akan terjadi sampai Oktober 2018. Oleh karena itu para petani diimbau lebih cermat memilih tanaman pangan yang akan ditanam.

"Sekitar 60-80 persen wilayah kita sudah masuk musim kemarau, petani harus mulai memikirkan menaman tanaman yang butuh sedikit air, jangan memaksakan tanam padi," terang Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, usai penutupan Sekolah Lapang Iklim III di Desa Pekunden, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/7/2018).

Herizal menjelaskan dibanding tiga tahun terakhir, musim kemarau tahun 2018 ini relatif lebih normal atau tidak ada fenomena alam yang berpotensi mengubah pola curah hujan di Indonesia.

"Dibanding tahun 2015, 2016, dan 2017, tahun ini tidak terlampau ekstrim. Tidak seperti ketika 2015 ada (fenomena) el-nino, kalau sekarang lebih normal," imbuhnya.

Herizal menyatakan musim kemarau bukan berarti tidak turun hujan sama sekali. Faktanya di beberapa daerah masih terjadi hujan, meski di sebagain daerah lain curah hujan sudah berkurang.

Baca juga: Suhu Kota Bandung Lebih Dingin dari Biasanya, Ini Penjelasan BMKG

"Musim kemarau bukan berarti zero rain. Mungkin di beberapa tempat masih ada air, namun ada juga yag berkurang, Kalau daerah irigasi masih bisa (tanaman padi), tapi daerah tadah hujan harus mengganti jenis tanaman lain," katanya.

Beberapa daerah di Indonesia yang sudah berkurang curah hujannya antara lain di Nusa Tenggara Timur(NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Jawa, dan Sumatera Selata. Di Jawa Tengah, curah hujan rendah juga sudah terjadi di kawasan pantura dan Jawa Tengah bagian timur.

Lebih lanjut, BMKG sendiri memiliki Sekolah Lapang Iklim (SLI) khusus untuk petani sebagai upaya meningkatkan literasi iklim dan desiminasi informasi iklim untuk pertanian, sesuai Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2011.

"Kegiatan SLI merupakan suatu kegiatan interaktif menggunakan metode Belajar Sambil Praktek, Kami ingin mensosialisasikan pentingnya informasi iklim dalam mendukung kegiatan pertanian di Indonesia," ungkap Herizal.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Cuaca Dingin di Indonesia, Termasuk Embun Es di Dieng

Selain materi dan praktek mengenai budidaya serta penanggulangan hama penyakit, para petani juga dibekali materi seperti pengenalan alat ukur cuaca dan iklim, mengenal perbedaan cuaca dan iklim, proses pembentukan hujan, kadar air tanah, penyimpangan iklim dan iklim ekstrim, pengaruh iklim terhadap organisme pengganggu tanaman, kalender tanam, pranata mangsa dan sebagainya.

Dari beberapa kegiatan SLI Tahap 3, menunjukkan peningkatan produksi dengan persentase hingga 30 persen dibandingkan rata-rata produksinya. Hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tani yang telah mendapatkan pemahaman informasi iklim dan memanfaatkan produk informasi iklim dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Kompas TV Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) cuaca buruk memang terjadi di Perairan Selayar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com