Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Kota Bandung Lebih Dingin dari Biasanya, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 06/07/2018, 17:57 WIB
Agie Permadi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Meski sedang berada pada siklus musim kemarau, suhu Kota Bandung relatif lebih dingin beberapa hari ini daripada saat musim hujan.

Bahkan pada Jumat (6/7/2018), suhu minimum di kota Bandung mencapai 16,4 derajat celcius. 

Muhammad Iid Mujtahiddin, prakirawan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, mengatakan, suhu cuaca dingin di musim kemarau ini merupakan hal yang wajar.

Baca juga: Embun Es Turun di Dieng, Kenapa Disebut Embun Racun?

Hal ini terjadi lantaran pada saat musim kemarau, angin tenggara atau angin timur berembus dari arah wilayah benua Asutralia.

Suhu dingin di Indonesia, khususnya di Jabar, juga dipengaruhi musim dari kondisi cuaca di Australia yang juga relatif dingin.

"Di saat musim kemarau, di kita utamanya di Jabar. Benua Asia itu lagi musim dingin dengan puncaknya di kisaran Juli-Agustus-September," ungkap Iid saat dihubungi Jumat (6/7/2018). 

Baca juga: Suhu Ekstrem, Embun Es Turun di Dataran Tinggi Dieng

Menurut dia, kondisi suhu dingin di musim kemarau tidak akan jauh berbeda dengan di musim hujan.

"Pasti kondisinya tidak jauh berbeda, akan terasa dingin. Tergantung relatif besaran suhunya mungkin bervariasi, tapi secara umum relatif sama," tuturnya.

Suhu di Bandung sendiri beberapa hari ini terasa lebih dingin dibanding biasanya bahkan pada tanggal 1-5 Juli 2018 saja tercatat suhu rata-rata 17-18 derajat celcius.

Iid menerangkan bahwa suhu di bulan Juli ini suhu minimumnya tercatat hari ini yakni mencapai 16,4 derajat celcius.

"Dalam bulan Juli dari 1-6 Juli, ini paling rendah, hari ini yang tercatat di16,4 derajat celcius dan suhu maksimum itu mencapai dikisaran 28 derajat celcius," ungkapnya.

Baca juga: Hujan Es Landa Bandung, Besarnya dari Butiran hingga Sebesar Kelereng

Suhu terendah di 16,4 derajat celcius ini pernah terjadi di Kota Bandung pada 40 tahun yang lalu.

"Suhu tercatat terendah selama 40 tahun itu hingga mencapai 11,2 Agustus 1987," katanya.

Penurunan suhu ini terjadi tergantung dari prakiraan di kondisi Australia. Apabila Negara Kangguru itu mengalami penurunan suhu udara, maka suhu tersebut akan berdampak pada negara ini.

"Untuk tahun ini, tercatat 1-6 Juli terutama di bulan Juli ini di suhu 16,4 derajat celcius," katanya.

Baca juga: Kisah Kapolsek Bangil Dikejar Pelaku hingga Dilempar Tas Berisi Bom yang Kemudian Meledak

Suhu dingin ini diperkirakan bakal terjadi selama musim kemarau di bulan Juni-September. Hal tersebut karena puncak musim dingin di Australia terjadi antara Juli-September.

"Jadi dalam sepekan juga kita lihat ada beberapa perkiraan di Australia suhunya bisa mencapai 6 derajat, 9 derajat, itu juga akan berdampak pada kondisi cuaca, terutama suhu udara di wilayah kita," katanya.

Oleh karena itu, Iid mengimbau kepada masyarakat agar menjaga kondisi badan dengan menkonsumsi banyak buah-buahan dan minum yang cukup, mengingat di cuaca dingin kering seperti ini akan banyak dibutuhkan air. 

Baca juga: Cerita Si Kembar RI 1 dan RI 2, Kakak Ingin Jadi Programmer, Adik Jadi Wakil Presiden (2)

Selain itu, kondisi angin relatif kencang di musim kemarau ini, yakni di kisaran 36-45 kilometer. Angin kencang ini juga berdampak pada tingginya gelombang maksimum. 

"Dalam seminggu ke depan, kami imbau nelayan untuk tidak melaut, terus memantau informasi tinggi gelombang melalui BMKG atau stakeholder, seperti TNI AL, karena dalam seminggu kedepan kondisi gelombang relatif tinggi di kisaran 3,5meter-4meter," ucapnya.

Angin ini terjadi karena gangguan siklon Mario yang akan berlangsung selama berjam-jam bahkan hingga mingguan.

"Paling lama 2 minggu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com