Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Warga demi e-KTP, Datang Subuh hingga Antre Bawa Bayi

Kompas.com - 06/07/2018, 16:08 WIB
Firmansyah,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Menurut dia, secara nasional pemandangan seperti itu terjadi hampir di seluruh kantor Dukcapil di Indonesia.

"Kondisi ini terjadi kasus nasional tidak saja di Kota Bengkulu, oleh karena itu kami melakukan beberapa langkah diantaranya peningkatan kinerja dan penggunaan media sosial seperti WhatsApp," tuturnya.

Dia mengatakan, penggunaan teknologi modern dengan mendaftar menggunakan telpon pintar belum diterapkan di Kota Bengkulu.

Baca juga: Ibu Hamil dan Anak Balitanya yang Berbagi Pelampung Saat Kapal Tenggelam Ditemukan Tewas

Ada beberapa keterbatasan bila itu diterapkan, seperti faktor SDM yang belum mumpuni baik di tingkat ASN maupun masyarakat. Faktor berikutnya adalah mahalnya penerapan teknologi bila harus dilakukan di Kota Bengkulu.

"Selama ini kami gunakan WhatsApp. Warga bisa kirimkan foto dan syarat ke WA selanjutnya diteliti kalau persyaratan cukup maka permohonan dapat diterbitkan," ujarnya.

Meski demikian, Sudarto tidak menampik, kebutuhan teknologi berbasis telepon pintar untuk mendukung kerja Didukcapil sangat diperlukan.

Baca juga: Cerita Pemilik 5 Ekor Ikan Arapaima, Biaya Rp 200.000 Per Hari hingga Didatangi Polisi

Selama ini, dia mengatakan, di beberapa daerah, Disdukcapil kurang dianggap penting oleh Pemda. Padahal menurut dia perannya cukup vital.

"Ada banyak kepentingan pemerintah terhadap data kependudukan seperti proses perencanaan pembangunan, pengambilan kebijakan, dan pembangunan demokrasi seperti Pilkada dan Pemilu. Harus ada perbaikan sistem kependudukan yang murah, cepat dan pelayanan prima," ujarnya.

Baca juga: Kisah Kapolsek Bangil Dikejar Pelaku hingga Dilempar Tas Berisi Bom yang Kemudian Meledak

Selain persoalan tersebut, Sudarto juga mengeluhkan rendahnya akses internet, listrik dan minimnya alat cetak KTP. Listrik kerap mati dan mengganggu kerja, alat cetak ada lima hanya satu yang layak pakai. Sementara itu, akses internet tidak begitu baik.

"Ini juga menjadi bahan evaluasi yang membuat kinerja agak melamban," ucapnya.

Untuk menyiasati kekurangan tersebut, dia memerintahkan jajarannya melakukan kerja prima secara tepat waktu, mulai pagi hari bahkan tidak jarang hingga larut malam.

Disdukcapil juga melakukan pembagian waktu pelayanan dalam satu minggu ada hari khusus melayani kecamatan tertentu agar tidak terjadi penumpukan layanan masyarakat. Itu juga diberlakukan 100 orang dilayani per hari.

Baca juga: Cerita Menegangkan di Balik Sneaker Asli Bandung yang Dibeli Jokowi

Keluhan terakhir adalah terbatasnya tenaga kerja ASN yang menguasai Teknologi Informatika (TI). Saat ini, hanya ada 2 orang tenaga TI. Idealnya, lanjut Sudarto, ada 5 ahli TI.

Ada 44 ASN melayani masyarakat di Disdukcapil Kota Bengkulu ditambah dengan 13 orang tenaga kontrak.

"Mudah-mudahan ada solusi atas persoalan ini ke depan sehingga antrean warga tidak membludak sehingga layanan prima dapat benar-benar dirasakan masyarakat," ungkap Sudarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com