Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meletus Pertama pada 1808, Ini Catatan Letusan Gunung Agung

Kompas.com - 03/07/2018, 16:41 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Agung kembali meletus pada Selasa (3/7/2018) pagi. Sebelumnya, pada Senin (2/7/2018) kemarin, gunung ini juga meletus dengan mengeluarkan lontaran lava pijar sejauh 2 kilometer.

Aktivitas Gunung Agung dalam setahun terbilang aktif, dengan beberapa kali mengeluarkan letusan.

Ditilik dari sejarahnya, Gunung Agung pertama kali meletus pada 1808. Ini sekelumit ceritanya...

Letusan Gunung Agung

Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl, yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Gunung Agung mempunyai kawah yang besar dan dalam.

Selain itu, bentuknya yang mengerucut terdiri atas lava dan abu vulkanik. Oleh karena itu, dikategorikan sebagai gunung berapi tipe stratavolkano.

Asap dan uap air kadang dikeluarkan oleh tipe gunung seperti ini.

Gunung Agung pertama kali meletus pada 1808. Saat itu, Gunung Agung mengeluarkan abu dan batu dengan jumlah yang banyak ke luar.

Letusan selanjutnya terjadi 13 tahun kemudian, yaitu tahun 1821. Letusan kedua ini dikategorikan normal dan jangkauan letusan tak seluas pada 1808.

Setelah letusan itu, aktivitas Gunung Agung kembali normal.

Api membakar hutan lereng Gunung Agung setelah terjadinya lontaran batu pijar dari kawah, terlihat dari Desa Tulamben, Karangasem, Bali, Selasa (3/7/2018). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat terjadinya erupsi Gunung Agung dengan tinggi kolom abu mencapai 2.000 meter yang disertai lontaran batu pijar sejauh dua kilometer.AFP PHOTO/SONNY TUMBELAKA Api membakar hutan lereng Gunung Agung setelah terjadinya lontaran batu pijar dari kawah, terlihat dari Desa Tulamben, Karangasem, Bali, Selasa (3/7/2018). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat terjadinya erupsi Gunung Agung dengan tinggi kolom abu mencapai 2.000 meter yang disertai lontaran batu pijar sejauh dua kilometer.

Pada 1843, aktivitas Gunung Agung kembali meningkat dengan didahului sejumlah gempa bumi dan memuntahkan abu vulkanik, pasir, dan batuan.

Letusan kembali terjadi pada 1963. Dampak letusan ini luar biasa. Sebelumnya, terjadi gempa yang terdengar dari wilayah di sekitar Gunung Agung.

Tragedi berawal pada 20 Februari 1963 saat Gunung Agung mengeluarkan asap teba. Pada 17 Maret 1963, tinggi awan letusan mencapai klimaksnya.

Hujan abu dan kerikil mulai turun dari arah kawah ke permukiman warga sekitar.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com