Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Gunungkidul, Manfaatkan Sisa Air Telaga saat Kekeringan Melanda

Kompas.com - 02/07/2018, 23:09 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, memanfaatkan sisa air telaga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Meski tidak digunakan untuk minum dan memasak, tetapi sisa air telaga ini mampu mengurangi pengeluaran biaya air bersih masyarakat karena di bak Penampungan Air Hujan (PAH) sudah mulai menipis. 

Seperti yang dialami warga dusun Ngricik, Desa Melikan, Kecamatan Rongkop. Warga memanfaatkan sisa air hujan yang tertampung di telaga Banteng. Saat ini sisa air hujan hanya sekitar seperempat dari kapasitas telaga.

Beberapa warga tampak mengambil menggunakan jerigen kapasitas 30 liter untuk dibawa pulang.

"Untuk minum dan memasak membeli air bersih dari tangki swasta, tetapi untuk mandi, mencuci dan minum ternak dari sini (Telaga Banteng)," kata salah seorang warga Mardiono ditemui saat mengambil air di telaga Banteng, Minggu (1/7/2018). 

Baca juga: Puluhan Ribu Warga Gunungkidul Terdampak Kekeringan

Penggunaan air telaga memang cukup beralasan, karena harga satu tangki air bersih dengan ukuran 5000 liter air Rp 120.000 cukup untuk memenuhi kebutuhan dua sampai tiga minggu.

PDAM pernah masuk ke dusunnya tetapi dilepas kembali karena ada permasalah, meski ada yang tetap memasang airnya tidak lancar. "Untuk mencuci sampai di rumah dibilas dengan air bersih,"katanya

Jika hujan tak kunjung datang, maka diperkirakan akhir Juli sudah habis. Biasanya warga akan membuat lubang untuk mencari sisa resapan air. "Warga biasanya membuat lubang, karena airnya masih bagus," imbuhnya.

Di Kecamatan Girisubo yang berbatasan langsung dengan kecamatan Rongkop pun mengalami hal serupa.  Warga Dusun Wuni, desa Nglindur, Kecamatan Girisubo, Yatiman mengatakan dirinya masih memanfaatkan telaga di desanya untuk minum ternak da mencuci. Ia rela berjalan sejauh kurang lebih 1 km dari rumahnya. 

Baca juga: 36 Desa di Gunungkidul Kesulitan Air Bersih

Setiap tahun saat musim kemarau, dirinya harus mencari air di telaga untuk mengurangi pembelian air bersih. Meski air telaga berwarna hijau setiap hari dirinya mengambil air dengan diangkat menggunakan pikulan air.

Dua jerigen diangkat menggunakan bahu tuanya menelusuri jalanan desanya. "Sudah biasa setiap tahun seperti ini, kemarin ada bantuan air untuk minum saja. Kebutuhan lainnya ya dari telaga ini," ucapnya.

Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, pihaknya belum memiliki data telaga mana saja yang sudah kering.

Namun demikian, dia menjelaskan saat ini telaga hanya digunakan untuk kebutuhan seperti minum ternak dan mencuci pakaian.

"Dari jumlah ratusan mungkin sebagian besar sudah habis airnya. Tetapi memang air telaga saat ini tidak digunakan untuk kebutuhan primer. Paling mencuci dan (minum) ternak," ucapnya. 

Kompas TV Warga kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan juga mendapatkan pakan untuk ternak karena lahan petanian kekeringan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com