GARUT, KOMPAS.com - Wajah Aceng Irfan, mahasiswa jurusan hukum tata negara di Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, tak terlihat lelah saat ditemui di TPS 11 Desa Pangrumasan, Kecamatan Peundeuy, yang mengambil tempat satu ruang kelas SDN Pangrumasan 4.
Rabu (27/6/2018) siang itu, Aceng baru saja mencatat hasil penghitungan suara untuk Pilgub Jabar di TPS tersebut. Sementara, untuk Pilbup Garut saat itu penghitungan masih berlangsung.
"Untuk Pilgub di sini yang menang Ridwan Kamil, selisihnya lumayan jauh dengan calon lain," katanya saat ditemui Kompas.com, Rabu (27/6/2018).
Aceng mendatangi TPS 11 yang lokasinya berada di ujung Desa Pangrumasan untuk menjalankan tugas mewawancara responden untuk data quick count Litbang Kompas untuk Pilkada Jabar. Kebetulan Aceng mendapat sampel TPS yang jauh dan berada di pelosok Garut Selatan.
"Saya berangkat dari rumah di Kampung Cibengang Desa Padahurip Banjarwangi kemarin sore jam 4, sampai sini jam 8 malam," katanya.
Baca juga: Perjuangan Kru Litbang Kompas Cari Data untuk Quick Count di TPS Terpencil
Akses jalan menuju lokasi juga berbatu dan terjal. Perlu waktu hingga dua jam untuk menuju lokasi yang berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Peundeuy.
Aceng beruntung, dekat lokasi TPS yang ditunjuk tim Litbang Kompas tersebut dekat dengan rumah temannya semasa SMA. Namun, sebelum bisa bertemu temannya, dia harus melakukan survei lapangan ke lokasi TPS sampai dua kali.
"Saya kan tidak punya nomor kontak teman yang di Pangrumasan, makanya saya cari rumahnya tanya sana-sini sampai akhirnya ketemu, itu beberapa hari sebelum pencoblosan," jelasnya.
Aceng mengaku, menjadi interviewer untuk quick count Litbang Kompas memberi banyak manfaat bagi dirinya. Ia kini mendapat pengetahuan dan wawasan tentang aturan main pilkada. Apalagi, kuliahnya juga sangat erat kaitannya dengan praktik politik.
"Lumayan jadi pengalaman buat bekal nanti kalau mau terjun ke politik, kan jurusan kuliah juga dekat dengan politik," ujarnya.
Aceng mengaku, bagian tersulit sebagai interviewer adalah mendapatkan responden. Sebab, ia harus bisa meyakinkan responden. Makanya, ia sempat ditolak beberapa pemilih yang akan dijadikannya sebagai responden.
"Ada empat yang nolak, alasannya enggak punya waktu. Ada juga yang setelah saya yakinkan saya orang dekat sini (Banjarwangi) baru mau diwawancara," katanya.
Baca juga: Mengintip War Room Litbang Kompas untuk Quick Count Pilkada 2018
Aceng mengaku, berbagai cara digunakannya untuk meyakinkan responden agar mau diwawancara. Hal ini juga menjadi pelajaran berharga baginya dalam hal cara berkomunikasi dengan orang lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.