“Lumayan susah ya, karena kebanyakan responden menganggap suara mereka merupakan privasi, jadi perlu usaha ekstra untuk lobi, biasanya responden akhirnya mau untuk diwawancara setelah diming-iming souvenir minibag Kompas,” ungkapnya.
Aturan asesmen dalam sistem Litbang Kompas sangat baku. Misal saja urutan responden. Seorang interviewer harus melakukan wawancara dengan responden sesuai dengan urutan prosedur yang ditentukan.
“Harus selang-seling, pertama laki-laki, kedua perempuan, dan seterusnya. Tidak boleh berubah urutannya,” ujarnya.
Dalam lembar daftar isian kuesioner, responden diberi 21 pertanyaan tertutup mulai dari latar belakangnya, partai yang dipilih, calon yang dipilih, hingga media dan pihak yang paling banyak mempengaruhi pilihan.
Rendi mengungkapkan, dari semua responden yang diwawancara, dia berhasil menyelesaikan daftar pertanyaan. Namun bagi interviewer, tugas mereka tak berhenti sampai di situ.
Rendi harus sesegera mungkin mengunggah hasil wawancaranya ke aplikasi open data kit (ODK) dari gawai sebagai platform laporan yang disediakan Litbang Kompas kepada interviewer.
“Ini juga tantangan tersendiri bagi saya, karena di TPS terpencil seperti di Desa Biting, sinyal internet susah banget, harus jalan keluar dulu nyari sinyal,” bebernya.
Baca juga: INFOGRAFIK Hasil Quick Count Kompas Vs KPU Sejak 2007
Salah satu responden Litbang Kompas, Sodik (45) warga RT 1 RW 4, mengatakan, untuk hajatan Pilkada Jateng 2018 ini, wilayahnya bebas dari segala unsur money politics. Dia mulai sadar bahwa memilih pemimpin merupakan hak sebagai warga negara yang sayang untuk disia-siakan.
Ikuti terus perkembangan hasil hitung cepat Litbang Kompas hanya di Harian Kompas, Kompas TV dan Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.