Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mimin Dwi Hartono
Staf Senior Komnas HAM

Staf senior Komnas HAM yang saat ini bertugas sebagai Plt Kepala Bagian Penyuluhan dan Kasubag Teknologi Informasi Komnas HAM. Pada 2006-2015, bertugas sebagai pemantau/penyelidik Komnas HAM. Hobi menulis, membaca, dan camping.

Merapinomic, Saat Merapi Menjadi Penyangga Ekonomi Warga

Kompas.com - 26/06/2018, 20:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Begitu juga dengan masyarakat Pelemsari, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, bisa dengan cepat pulih dengan mencari tanah untuk relokasi permukiman secara mandiri. Termasuk masyarakat Kaliurang yang membuka kembali usaha warung makan sebagai jalan pulihnya wisata secara umum.

Mereka – para aktor ekonomi lokal – membuktikan mempunyai daya tahan yang tinggi untuk pulih dan berdaya, mengikuti ritme Merapi yang menjadi bagian dari kehidupannya.

Selain ekonomi berbasis wisata, peternakan dan pertanian, pascaerupsi, Merapi juga menggelontorkan ratusan juta meter kubik pasir yang menjadi berkah bagi masyarakat dan pengusaha tambang.

Arus perputaran uang dari tambang pasir yang berada di Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali, diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah setiap tahunnya. Saat ini, pasir Merapi yang berada sungai-sungai utama, seperti Sungai Boyong, Krasak, Woro, dan Gendol, telah menipis bahkan habis.

Baca juga: BPPTKG Tegaskan Status Merapi Masih Waspada

 

Akibatnya, penambangan dilakukan di lahan-lahan milik masyarakat dan tebing-tebing sungai secara merusak. Kerusakan terjadi di banyak tempat dan belasan nyawa telah jatuh oleh karena tertimpa longsoran tebing yang ditambangnya sendiri.

Praktik yang serakah dan merusak ini harus dihentikan karena tidak sejalan dengan ritme kehidupan Merapi.

Merapi, telah memberikan banyak manfaat dan berkah secara sosial dan ekonomi – bahkan psikologis - bagi masyarakat secara umum. Sebagai anugerah Tuhan YME, hal ini wajib kita syukuri dengan cara menjaga alam sekitar Merapi dari tindakan ekspolitasi, perusakan, dan penghancuran.

Menyoal turunnya geliat ekonomi sebagai dampak dari kenaikan aktivitas Merapi saat ini, hendaknya kita sikapi dengan rasa syukur dan sabar, sebagai bentuk dari penghormatan atas Merapi yang punya hak untuk tumbuh dan bergerak sebagai bagian dari evolusi dan siklus kehidupan yang dijalaninya, sebagai makhluk Tuhan YME.

Kita berdoa semoga kenaikan aktivitas Merapi akan berlangsung tanpa menimbulkan bencana dan berlalu dengan sebaik-baiknya. Wallahualam. (Mimin Dwi Hartono, warga lereng Gunung Merapi, saat ini bergiat di Komnas HAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com