Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Saya Jadi Aneh, Serangan Kampanye Hitam ke Saya Luar Biasa

Kompas.com - 22/06/2018, 13:31 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku telah mengetahui siapa pelaku yang menyebarkan kampanye hitam terhadap pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Deddy-Dedi) di media sosial selama ini.

Seperti salah satu kampanye hitam video dukun palsu yang belakangan ini terungkap bahwa pemerannya dibayar Rp 200.000 oleh salah satu tim pesaingnya di Pilkada Jabar.

"Saya jadi aneh, saya posisi calon wakil (di Pilgub Jabar), tapi serangan kampanye hitam ke saya luar biasa. Saya mah orang kampung yang menghadapi orang kota. Jadi baru tahu (orang kota) menyerangnya seperti ini pakai medsos," jelas Dedi kepada Kompas.com, Jumat (22/6/2018).

Dedi pun mengaku heran alasan dirinya menjadi target kampanye hitam selama proses pencalonannya di Pilgub Jabar.

Menurut Dedi, beberapa postingan kampanye hitam yang disebarkan pertama kali di media sosial ternyata dilakukan oleh orang yang sama. Orang itu secara terus menerus dengan interval waktu berbeda menyebar berita boaks dan memfitnah dirinya dalam sebuah akun milik pelaku.

"Saya sudah memahami dan saya pikir ini ada satu sistem yang dibuat untuk kepentingan politik. Sebetulnya saya populernya dari mana kok bisa kadi target serangan seperti ini, saya mah hanya orang kampung," tambah dia.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Saya Sudah Terbiasa Menghadapi Black Campaign

Dedi mengaku merasa aneh, pelaku yang sama juga menyebarkan kembali video sekelompok orang yang mengaku ulama datang ke DPP Golkar menolak surat rekomendasi pencalonannya. Padahal peristiwa itu terjadi tahun lalu dan videonya kini disebar kembali.

Setelah ditelusuri, kata Dedi, ternyata orang yang mengaku ulama itu adalah kader salah satu partai asal Purwakarta yang pernah mencalonkan legislatif Provinsi Jabar tapi tak terpilih.

"Saya melihat ada hal yang aneh partai lain protes ke Partai Golkar dan disebarkan kembali sekarang oleh orang tersebut," kata Dedi.

"Tapi mudah-mudahan ini menjadi obat dan energi untuk terus berjuang. Saya hanya ingin dan meminta kepada orang seperti itu jangan sampai melakukan hal yang bisa mencederai proses demokrasi," tambah dia.

Serangan kampanye hitam, lanjut Dedi, bukan kali pertama saat munculnya video dukun palsu belum lama ini. Sebelumnya tentang isu gizi buruk pada anak balita di Purwakarta saat Dedi pernah menjadi bupati.

Setelah dicek, ternyata anak yang dikatakan gizi buruk tersebut sudah berusia 18 tahun dan hanya kebetulan fisiknya seperti anak kecil. Anak tersebut pun mengaku bahwa sebelumnya diskenariokan oleh salah satu tim paslon rivalnya selama ini.

Demikian pula dengan isu mengenai pembangunan masjid yang mangkrak dan soal penghasilan tetap perangkat desa di Purwakarta. Dedi menilai, isu yang dihembuskan tersebut sebagai kampanye hitam untuk menyerangnya.

"Kemudian saya berutang Rp 35 miliar. Saya bilang aneh. Pemda ini mempunyai kontrak dengan 11 rumah sakit. Tujuannya kan mengobati masyarakat. Memang di Purwakarta setiap orang yang berobat di rumah sakit itu gratis, asal mau di kelas 3. Proses pembayarannya itu bertahap, sesuai kontrak," ucap dia.

Selama ini, tambah Dedi, isu-isu tersebut disebarkan sengaja secara masif melalui jejaring media sosial oleh tim pesaingnya di Pilgub Jabar. Hal itu diketahui saat orang yang ada dalam video dukun palsu tersebut berbicara secara blak-blakan kepada dirinya. Pelaku dalam video dukun palsu tersebut pun meminta maaf.

"Saya pikir untuk para calon pemimpin saat ini, marilah kita beradu program. Marilah kita beradu gagasan saja. Tidak ada gunanya sebetulnya upaya fitnah tersebut. Toh, kalau sudah terbongkar kebohongan seperti ini, publik lah yang akan menilai," tambah dia.

Baca juga: Kakek Ini Mengaku Dibayar Jadi Dukun Dadakan untuk Kampanye Hitam di Pilgub Jabar

Dedi menilai kasus video dukun palsu tersebut sebetulnya sudah bisa masuk ke ranah hukum. Meski demikian, ia secara pribadi akan memaafkan pelaku penyebar postingan kampanye hitam asalkan mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada masyarakat yang telah mempercayai postingannya tersebut.

"Saya sebetulnya tidak pernah bertemu dan tidak ada kepentingan dengan orang tersebut. Kita secara baik, dan memberikan maaf asalkan dia mengakui dan meminta maaf kepada publik yang telah mempercayainya," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Endang (75), seorang kakek mengakui telah dibayar menjadi dukun dadakan oleh sekelompok orang untuk direkam video yang diduga kampanye hitam kepada pasangan nomor urut empat di Pilgub Jabar, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.

Kompas TV Proyeksi elektabilitas para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat semakin menjauh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com