Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Saya Sudah Terbiasa Menghadapi "Black Campaign"

Kompas.com - 20/06/2018, 21:29 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengakui di akhir-akhir masa kampanye selama ini banyak mendapatkan serangan kampanye hitam dari tim rivalnya di Pilgub Jabar.

Namun, serangan tersebut dianggapnya sebagai ujian untuk calon pemimpin. Ia pun membuka pintu maaf bagi para pembuatnya.

"Saya sudah terbiasa menghadapi hal-hal yang seperti ini. Bukan hanya hari ini, sejak zaman wakil bupati, saya terbiasa dengan isu serangan-serangan yang selalu diarahkan pada tujuan politik. Ini namanya black campaign. Tapi, dengan izin Allah SWT semuanya bisa terbongkar siapa dan apa tujuannya dengan perjalanan waktu," jelas Dedi kepada wartawan di Kabupaten Bandung Barat, Rabu (20/6/2018).

Dedi menambahkan, serangan kampanye hitam bukan kali pertama saat munculnya video dukun dadakan yang mendukung dirinya belum lama ini. Ia juga mengaku mendapat kampanye hitam lainnya seperti isu gizi buruk pada anak balita di Purwakarta.

Kemudian isu mengenai pembangunan masjid yang mangkrak hingga penghasilan tetap perangkat desa di Purwakarta. Dedi menilai, isu itu dihembuskan sebagai kampanye hitam untuk menyerangnya.

"Kemudian saya berutang Rp 35 miliar. Saya bilang aneh. Pemda ini mempunyai kontrak dengan 11 rumah sakit. Tujuannya kan mengobati masyarakat. Memang di Purwakarta setiap orang yang berobat di rumah sakit itu gratis, asal mau di kelas 3. Proses pembayarannya itu bertahap, sesuai kontrak," ucap dia.

Baca juga: Kondisi Sebenarnya Hasanudin yang Disebut Derita Busung Lapar dan Ditengok Ridwan Kamil

Selama ini, tambah Dedi, isu-isu tersebut sengaja disebarkan secara masif melalui jejaring media sosial oleh tim pesaingnya di Pilgub Jabar.

"Saya pikir untuk para calon pemimpin saat ini, marilah kita beradu program. Marilah kita beradu gagasan saja. Tidak ada gunanya sebetulnya upaya fitnah tersebur. Toh, kalau sudah terbongkar kebohongan seperti ini, publik lah yang akan menilai," tambah dia.

Terkait video dukun palsu yang mendukung pasangan Deddy-Dedi atau 2DM, Dedi menilai, kasus itu sebenarnya sudah bisa masuk ke ranah hukum.

Namun ia tidak akan mengambil jalur hukum karena mempertimbangkan kehidupan pelakunya yang merupakan seorang kakek dan memiliki keluarga. Kakek ini, kata Dedi, sejatinya tak tahu apa-apa dan hanya diperalat oleh tim pesaingnya.

Baca juga: Kakek Ini Mengaku Dibayar Jadi Dukun Dadakan untuk Kampanye Hitam di Pilgub Jabar

Diberitakan sebelumnya, Endang (75), seorang kakek mengakui telah dibayar menjadi dukun dadakan oleh sekelompok orang untuk direkam video yang diduga kampanye hitam kepada pasangan nomor urut empat di Pilgub Jabar Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.

"Saya disuruh beberapa orang warga Kota Bandung untuk jadi dukun dadakan dan dibayar Rp 200 ribu. Mereka mengaku tim sukses pasangan lain, tapi saya disuruh menyebut mendukung pasangan Deddy-Dedi di gua yang sudah banyak sesajen sambil direkam," jelas Endang saat ditemui di kediamannya, Minggu (17/6/2018).

Kompas TV Bagaimana hasil survei Litbang Kompas tentang elektabilitas pasangan calon di Pilgub Jawa Barat?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com