Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem Terjadi Saat KM Sinar Bangun Tenggelam di Danau Toba, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 20/06/2018, 05:37 WIB
David Oliver Purba,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada Senin (18/6/2018), salah satunya disebabkan cuaca ekstrem di wilayah tersebut.

Deputi Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, cuaca ekstrem yang terjadi di Danau Toba mengakibatkan tingginya kecepatan angin.

Kondisi tersebut berdampak terhadap ketinggian gelombang air di Danau Toba.

Baca juga: KM Sinar Bangun yang Bawa Puluhan Wisatawan Tenggelam di Danau Toba

Adapun pada pukul 17.00 WIB atau saat kapal tenggelam, BMKG mencatat terjadi fluktuasi kecepatan angin yang cukup tinggi dibanding pada jam-jam sebelumnya.

"Pada 18 Juni kecepatan anginnya berkisar 2 sampai 3 meter per detik, tapi pada jam 17.00 (saat kejadian) sempat meningkat sampi 6 meter per detik atau dikonversi sekitar 12 knot," ujar Prabowo saat konfrensi pers di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (19/6/2018).

Tim evakuasi gabungan melakukan pencarian korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Simalungun, Sumatra Utara, Selasa (19/6/2018). KM Sinar Bangun yang mengangkut ratusan penumpang tenggelam di Danau Toba pada Senin sore, dengan dilaporkan 1 penumpang tewas, belasan selamat, dan ratusan lainnya masih dalam proses pencarian.ANTARA FOTO/IRSAN MULYADI Tim evakuasi gabungan melakukan pencarian korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Simalungun, Sumatra Utara, Selasa (19/6/2018). KM Sinar Bangun yang mengangkut ratusan penumpang tenggelam di Danau Toba pada Senin sore, dengan dilaporkan 1 penumpang tewas, belasan selamat, dan ratusan lainnya masih dalam proses pencarian.
Kecepatan angin tersebut, kata Prabowo, menyebabkan ketinggian ombak air 0,74 meter hingga 1,25 meter.

Baca juga: Istri Korban KM Sinar Bangun: Saya Berharap Suami Bisa Ditemukan, Hidup atau Mati...

Prabowo mengatakan, dampak ketinggian gelombang tersebut bermacam-macam tergantung dari ukuran kapal.

Namun, untuk kapal yang berukuran kecil, ketinggian ombak tersebut bisa berdampak buruk.

"Untuk kapal-kapal kecil ini memang cukup signifikan karena pada ketinggian gelombang air 0,75 meter sampai 1,25 meter pada kapal yang lebih kecil risikonya lebih tinggi. Apalagi kita masih bicara dalam sisi kondisi cuaca yang terjadi," ujar Prabowo.

"Tentunya faktor lain bisa menjadi pengaruh. Lebih lanjut apakah dari ukuran kapalnya, kemudian beban dari kapal yang dibawa saat itu, dan sebagainya yang tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, tapi banyak sisi yang perlu dipertimbangkan," ujar Prabowo.

Baca juga: Kapal Tenggelam di Danau Toba, Ini Kata Menhub

Ia menambahkan, cuaca ektrem yang terjadi wilayah Danau Toba disebabkan pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan berhembus dari arah tenggara.

Setelah menyeberangi garis ekuator, arah angin berubah dari barat daya ke timur. Kondisi tersebut mengakibatkan kecepatan angin di Sumatera bagian utara berkisar 10-15 knot.

Kecepatan angin tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang di perairan Danau Toba.

Belum lagi kawasan perairan Danau Toba yang tertutup membuat angin berbalik kembali ke perairan dan memicu terjadinya gelombang.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Samosir, Mahler Tamba sebelumnya mengungkapkan, penyebab tenggelamnya KM Sinar Bangun yakni akibat kelebihan kapasitas, cuaca buruk dan kesalahan manusia.

Kejadian itu mengakibatkan seorang penumpang meninggal dunia dan 39 penumpang lainnya hilang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com