Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Desa Wisata Bongo, dari Masjid Berkubah Emas hingga Fosil Kayu Berusia Jutaan Tahun

Kompas.com - 18/06/2018, 13:09 WIB
Rosyid A Azhar ,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Selama libur panjang Hari Raya Idul Fitri, Desa Wisata Religi Bongo di Gorontalo diserbu para pemudik ataupun wisatawan yang berlibur.

Setiap hari, tercatat ada 10.000 orang hilir mudik menuju desa di pesisir utara Teluk Tomini ini. Mereka umumnya keluarga atau rombongan pengajian atau lainnya.

“Jika hari biasa sebulan sekitar 3 orang, ini sudah sepekan, seharinya sekitar 10.000 orang. Hampir 90 persennya berasal dari wilayah Sulawesi Utara,” kata Hasan Rahim, salah satu pengelola wisata di Desa Bongo.

Baca juga: Kisah Masjid Menara Kudus yang Bikin Ciut Nyali Pejabat Nakal (3)

Desa Bongo berada di Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo. Desa ini menawarkan wisata religi berupa Masjid Walima Emas yang berada di puncak gunung dikelilingi oleh kolam penuh air.

Salah satu kegiatan warga desa Bongo saat memperingati Maulid Nabi. Desa ini memiliki potensi wisata yang menarik.KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR Salah satu kegiatan warga desa Bongo saat memperingati Maulid Nabi. Desa ini memiliki potensi wisata yang menarik.
Dari atas masjid ini dapat dilihat Teluk Tomini yang biru, lanskap pegunungan Batudaa Pantai, Teluk Gorontalo, hingga pesisir selatan Bone Bolango yang menawan.

Di Bongo juga terdapat bangunan khas yang disebut wombohe walima. Di sini pengunjung bisa menikmati fosil kayu yang berumur jutaan tahun, kolam, dan memberi makan burung merpati yang jumlahnya ratusan ekor.

Pada setiap peringatan maulid nabi, desa ini semarak dengan Pesta Walima. Setiap keluarga di desa ini desa akan mengarak tolangga atau usungan kayu berisi kue dan makanan ke masjid tua untuk didoakan.

Baca juga: Upia Karanji, Dipakai Gus Dur dan Sandiaga, Kini Digandrungi Anak Muda

Setelah itu akan dibagikan kepada pengunjung. Ribuan orang akan menyesaki desa kecil yang banyak dihuni nelayan tradisional ini.

“Walima atau perayaan Maulid Nabi selalu menjadi magnit bagi ribuan pengunjung, kami harus menyiapkan dengan baik agar wisatawan nyaman berada di Bongo,” kata Hasan Rahim.

Reza, seorang wisatawan dari Manado, mengungkapkan, Desa Bongo sangat memikat terutama memiliki alam yang indah, laut yang biru, dan kuliner khasnya, bubur tuna dan kue kolombengi.

Selama di Bongo, Reza mengajak keluarganya mengunjungi sumur artesis di pinggir pantai dan menjajal seduhan kopi yang dicampur kayu manis.

Baca juga: Kisah Soesilo Toer, Adik Pramoedya Ananta Toer yang Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung (1)

Mereka juga menikmati rumah kayu panggung tradisional yang di dalamnya terdapat duplikat bendera Kerajaan Bubohu yang pernah eksis di daerah ini beberapa abad lalu.

Di Bongo, para pengunjung juga bisa membeli suvenir unik seperti replika tolangga, fosil kayu, upia karanji, kue kolombengi, dan makanan ringan produksi warga setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com