Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memulayadu, Tradisi Petani Bone Bolango Menebar Benih Padi di Sawah

Kompas.com - 17/06/2018, 22:07 WIB
Rosyid A Azhar ,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com –  Memasuki musim tanam padi, warga Desa Huntu Selatan, Kabupaten Bone Bolango, melakukan tradisi Memulayadu atau menabur benih padi.

Para petani yang menyimpan benih mulai menyiapkannya untuk disebar di sawah. Benih padi yang disemai ini adalah bulir yang sudah dipilih sebelumnya.

Benih dicuci bersih dengan menggunakan air sumur. Setelah bersih, benih padi direndam dalam ramuan yang berbahan rempah dan lainnya.

Baca juga: Dari Jemuran Padi hingga Kambing Lepas Ada di Tol Kartosuro-Sragen

Proses perendaman benih ini tidak lama. Saat diperkirakan zat ramuan sudah meresap pada kulit, benih bisa langsung diangkat dan ditiriskan.

“Kami menggunakan umonu atau ramuan wewangian sebagai pestisida alami, caranya dengan merendam benih dalam rempah-rempah sebelum ditabur di sawah,” kata Karim Muhammad, petani Desa Huntu Selatan, Minggu (17/6/2018).

Umonu ini merupakan pestisida alami yang berfungsi untuk melindungi benih dari jamur atau penyakit lainnya. Sehingga saat benih padi mulai tumbuh terhindar dari penyakit.

Baca juga: Kemenhub Berharap Jalan Tol Soker Tidak Disalahgunakan untuk Jemur Padi saat Arus Mudik

Bahan ramuan pestisida alami ini antara lain humopoto (kencur), tabongo (puring), masoyi (sejenis kayu tertentu), andai (ketapang), ayuluhi (kayu cendana), dumbaya (sejenis tanaman rambat), dan bahan ramuan lainya disebut pudi, lolombula lo deheto, bohu, bilobohu.

“Bagi masyarakat dulu, puring dipercaya sebagai arana menolak kekuatan negatif,” tutur Jemi Monoarfa, petani Gorontalo yang fokus pada produk pertanian.

Saat menyemai benih padi ini, petani membakar alama (sejenis kemenyan) dalam wadah tempurung yang ditempatkan di bedeng sawah yang akan disemai. Di samping alama ini juga ditancapkan sebatang tabongo.

Baca juga: Ambisi Ilmuwan China Jadikan Dubai Lumbung Padi Timur Tengah

Selain bertani, Karim Muhammad juga sering diminta petani lainnya untuk membuatkan ramuan ini. Tidak ada bayaran yang diterima karena ia berprinsip saling bantu merupakan prinsip petani.

“Kami hanya memeruskan kearifan lokal dari nenek moyang kami. Selama tradisi ini kami praktekkan tidak menemukan hambatan dalam bertani, bahkan produksinya bisa diandalkan,” ujar Karim Muhammad.

Kompas TV Kelompok tani di Desa Rengas merupakan salah satu contoh keberhasilan peningkatan hasil panen dengan teknologi ramah lingkungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com