Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Pinggiran Situgunung Manfaatkan Air Selokan untuk Minum

Kompas.com - 14/06/2018, 12:25 WIB
Budiyanto ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Sudah turun-temurun hingga jelang Lebaran 2018, masyarakat pinggiran hutan Situgunung di Kecamatan Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat masih memanfaatkan air selokan.

Air selokan yang dialirkan dari Sungai Cigunung di hutan Gunung Gede Pangrango dan melintasi kawasan wisata alam ini tak hanya dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian.

Namun juga untuk keperluan rumah tangga lainnya, bahkan untuk memasak dan minum.

Warga yang masih memanfaatkan air selokan tersebut mayoritas di desa perbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Resort Situgunung. Di antaranya Desa Gede Pangrango dan Desa Sukamanis.

Baca juga: Bripka Wawan, Polisi yang Fotonya Viral Saat Tertidur Setelah Bertugas di Tol Cipali

"Ya pak di sini kan daerahnya di punggungan, makanya sulit membuat sumur," ungkap Yandi (31), salah seorang warga kepada Kompas.com di rumahnya, Kampung Pasir Tengah, Desa Gede Pangrango, Rabu (13/6/2018).

Menurut dia, air yang terlihat masih jernih dialirkan dari sumber air di dalam kawasan hutan sampai ke kampung melalui selokan.

Namun masyarakat kampung lain ada yang sudah memakai pipa paralon dari lokasi pembagian air jernih tersebut.

"Kami warga di sini hingga sekarang belum mampu membeli selang apalagi paralon. Makanya dari lokasi pembagian air masih melalui selokan, dan ini sudah berlangsung secara turun temurun," ujar dia.

Namun, lanjut dia, sekitar 10 tahun terakhir, debit air yang mengalir ke kampung halamannya semakin mengecil.

Bahkan kalau musim kemarau, aliran air semakin terbatas, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan air.

"Kalau hujan, sepanjang selokan sering terkena longsor. Air yang sampai sini pun menjadi keruh, karena tertimbun tanah longsor atau ambles," aku Yandi yang sehari-hari sebagai pengrajin gula aren.

"Tempat ini awalnya sawah Pak, tapi karena debit airnya terus berkurang akhirnya dijadikan kebun dan rumah," sambung dia.

Baca juga: Libur Lebaran, Pendakian Gede Pangrango Ditutup, Gunung Salak Buka

Warga lainnya, seorang ibu rumah tangga Haryati (34) mengaku memanfaatkan air dari sungai untuk keperluan sehari-hari.

Selain untuk keperluan mandi, mencuci dan kakus, juga terpaksa dipakai untuk memasak dan minum.

"Ya mau bagaimana lagi Pak. Kami kan butuh air. Keperluan air untuk memasak Lebaran juga airnya dari sini Pak," ucap Haryati sambil menunjukkan pancuran air yang dialirkan memakai pipa dari bak penampungan yang terletak lebih tinggi di atas lahan rumahnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com