Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trenggalek Semakin “Syantik” dengan Mural Para Pejuang

Kompas.com - 13/06/2018, 11:09 WIB
Slamet Widodo,
Reni Susanti

Tim Redaksi

TRENGGALEK, KOMPAS.com – Banyak cara untuk menikmati momen menjelang buka puasa. Seperti yang dilakukan sejumlah pemuda di area Stadion Menaksopal Trenggalek, Jawa Timur, Selasa (12/6/2018).

Tembok yang awalnya polos, kini berubah menjadi sebuah hasil karya seni yang menarik.

Tembok setinggi 2,5 meter ini, dijadikan media menggambar mural bertema semangat perjuangan dari para tokoh terdahulu.

“Kalau siang kan panas, kami mulai menggambar sore hingga malam. Bahkan sampai menjelang makan sahur,” kata Deki Wijaya, salah seorang seniman mural.

Baca juga: Mudik Lewat Gombong, Bisa Mampir ke Roemah Martha Tilaar

Seni menggambar mural di dinding tembok kolam renang Tirta Jawalita ini, dimulai sejak awal Ramadhan dan dikerjakan bertahap.

Semakin hari, hasil karya seni dari para pelukis muda Trenggalek mulai kelihatan. Dari tembok sisi selatan hingga tembok paling ujung utara sekitar 20 meter, terpajang gambar para pejuang. 

Tak hanya gambar, kutipan penyemangat dari sang tokoh pahlawan perjuangan pun ikut menghiasi.

Salah satunya gambar presiden Republik Indonesia pertama bersama kalimat penyemangatnya, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncang dunia”.

Selain itu masih banyak lagi gambar tokoh pejuang terdahulu tergambar di tembok tersebut.

“Mereka banyak quote dari para tokoh, ada Gus Dur, Bung Karno, Tan Malaka, Jendral Sudirman. Jadi spirit perjuangan dari para tokoh ini tidak hilang di masa sekarang,” ujar Plt Bupati Trenggalek, Muhammad Nur Arifin.

Khusus untuk area stadion atau kolam renang Tirta Jwalita ini adalah para pejuang.

Baca juga: Mbok, Aku Mudik Mung Gowo Roti, Durung Iso Gowo Calon Mantu

 

Para pemuda ini, sengaja mengajak mayarakat untuk mempertimbangkan dan mengingat kembali jasa para pahlawan, serta gambaran semangat yang berkobar.

“Seni mural sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Media yang digunakan juga sama, yakni dinding," ucapnya.

"Dulunya, mural dipakai sebagai salah satu sarana untuk mengkritisi atau protes. Namun, kini mural tidak lebih dari kreativitas atau seni menggambar,” ujar Deki Panca Wijaya.

Kegiatan menggambar dinding atau mural dan penggunaan lokasi sudah mengantongi izin Pemerintah Kabupaten Trenggalek. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com