Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengisi Bulan Puasa, Siswa SLB Kemala Bhayangkari Trenggalek Mengaji Braile

Kompas.com - 10/06/2018, 11:48 WIB
Slamet Widodo,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TRENGGALEK, KOMPAS.com – Dalam rangka mengisi kegiatan selama bulan suci Ramadhan, sekolah luar biasa (SLB) Kemala Bhayangkari Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, menggelar beraneka macam kegiatan. Mulai pondok Ramadhan, pembagian takjil, menulis huruf hijaiyah braile, hingga mengaji dengan Al Quran braille.

“Sejak awal memasuki bulan puasa, bermacam kegiatan keagamaan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kami laksanakan. Dan pertengahan bulan puasa, para tunanetra mulai membaca dan belajar mengaji huruf braille,” terang Pardiono, kepala sekolah luar biasa Kemala Bhayangkari Trenggalek.

Dari berbagai rangkaian kegiatan yang diselenggarakan sekolah luar biasa Kemala Bhayangkari adalah mengaji braille.

Sejumlah siswa-siswi tunanetra sekolah tersebut dengan telaten mengaji dengan menggunakan Al Quran braille. Dengan dibimbing oleh pengajar, secara tekun ayat demi ayat dibaca oleh siswa penyandang tunanetra.

Baca juga: Di Yogyakarta, Ada Tempat Sampah Khusus bagi Tunanetra

Meski memiliki kekurangan dalam penglihatan, para siswa tersebut semangat membaca Al Quran braille dengan cara diraba ini. Selama melakukan kegiatan mengaji Al Quran braile, siswa-siswi tunanetra sekolah luar biasa Kemala Bhayangkari, tetap dalam pengawasan guru pembimbing.

Apabila ada yang salah dalam membaca, guru pembimbing langsung mengoreksi dan ditunjukkan cara membaca atau pengucapan kalimat yang benar. membutuhkan ketlatenan dan belajar dengan kesungguhan untuk bisa mahir membaca alquran braille.

“Alhamdulilah, anak-anak antusias sekali belajar membaca Al Quran braille ini,” ucap guru pembimbing membaca Al Quran, Samsudin.

Baca juga: Raih Medali Emas, Atlet Difabel Ini Dapat Penghargaan dari Azwar Anas

Membaca kitab suci Al Quran braille ini mempunyai kesulitan yang lebih tinggi dibanding dengan Al Quran pada umumnya. Apabila tidak hati hati serta teliti dalam meraba tanda baca huruf braille, maka bacaan akan salah. Tingkat kesulitan membaca Al Quran braille tersebut adalah pada tanda tajwid.

Untuk mempelajari mulai dari belum bisa sama sekali hingga bisa membaca Al Quran braille, dibutuhkan waktu sekitar satu tahun.

Setiap hari, proses mengaji braille membutuhkan waktu sekitar satu jam, dan di akhir kegiatan mengaji braille, pembimbing memberi ceramah keagamaan selama sekitar tujuh menit.

“Saya sudah satu tahun ini belajar membaca Al Quran braille. Kesulitannya yaitu ditajwid karena sangat kecil sekali,” ucap siswa tunanetra Kelvin Andra.

Selain mengaji menggunakan Al Quran braille, sejumlah siswa tunanetra juga belajar menulis huruf hijaiyah braile.

Dengan menggunakan peralatan khusus, siswa siswi sekolah luar biasa kemala bhayangkari, semangat menulis huruf demi huruf dengan cara ditusuk.

Untuk bisa dan lancar menulis huruf hijaiyah braille ini, membutuhkan ketekunan dan konsentrasi tinggi.

“Sulitnya adalah mengubah dari kalimat biasa menjadi ke huruf hijaiyah braille. Dan Alhamdulilah,saya sudah bisa meski belum lancar,” terang siswa tunanetra Guntur Pambudi.

Kompas TV Yuk, lihat aktivitas para santri Raudlatul Makfufin berikut ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com