Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Biskuit Tempe, Mahasiswa Universitas Brawijaya Lolos ke Final Kompetisi Pangan Dunia

Kompas.com - 09/06/2018, 16:32 WIB
Andi Hartik,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang lolos sebagai finalis kompetisi pangan dunia The International Union of Food Science and Technology (IUFoST) Product Development Competition 2018.

Pada kompetisi yang akan berlangsung di CIDCO Exhibition Centre, Mumbai, India pada 23 hingga 27 Oktober 2018 mendatang itu, mereka menghadirkan yummy kookie (Yuki) atau biskuit berbahan tempe, bekatul dan tepung ganyong atau canna edulis yang kaya protein, kalori serta serat.

Mahasiswa yang tergabung dalam kompetisi itu adalah Ngesti Ekaning Asih, Af'idatul Lutfita Shofiatur Rizka, Susi Wardani, Nur Afida Nuzula dan Lusia Kartika Ratri.

Kelimanya merupakan mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2015 di bawah bimbingan Wenny Bekti Sunarharum.

"Data menunjukkan kenaikan jumlah manusia se-dunia yang terancam kelaparan setiap tahunnya. FAO (Food and Agriculture Organization) juga memperkirakan bahwa terdapat 19,4 juta penduduk Indonesia yang menderita kekurangan gizi sepanjang 2014-2016. Ini yang melatari kami selaku anak muda apalagi yang juga menekuni ilmu pangan di bangku kuliah untuk mencari inovasi atas permasalahan tersebut," kata Ngesti Ekaning Asih selaku ketua tim seperti dalam rilis yang diterima Kompas.com, Sabtu (9/6/2018).

Baca juga: Unikom Bandung Raih 4 Emas dalam Kompetisi Robot Internasional di Amerika

Ngesti mengatakan, selama ini tempe merupakan komuditas yang sering dijumpai. Namun kebanyakan, tempe hanya disajikan dalam bentuk gorengan. Kali ini dirinya menghadirkan tempe berupa biskuit dengan tambahan bekatul dan tepung ganyong untuk memperkaya nutrisinya.

"Sajian cookies ini dipilih selain karena bentuknya yang unik dan praktis juga memperpanjang umur simpan dan tampilan packaging yang lebih menarik," katanya.

Proses pembuatannya cukup simpel. Bekatul dan ganyong dikeringkan dan dibuat tepung. Setelah itu, dua bahan itu ditambah dengan telur dan bahan lainnya untuk diolah menjadi cookies.

"Cookies kami ini juga aman bagi penderita autis karena tidak menggunakan terigu sama sekali sehingga bersifat non gluten. Selain mengoptimalkan pengolahan komoditas lokal, tempe, ganyong dan bekatul, inovasi kami ini juga bermanfaat bagi penderita autis dan malnutrisi serta terutama mengatasi wabah kelaparan dunia karena tinggi kandungan kalorinya," jelasnya.

Baca juga: Mahasiswa Unsyiah Ciptakan Mobil Listrik untuk Ajang Kompetisi di Singapura

Kompas TV Indonesia dipandang sebelah mata karena masih jadi penantang baru di kompetisi ini. Aries membuktikan sebaliknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com