Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Kebutuhan Adat, Masyarakat Suku Tengger Budidaya Edelweis

Kompas.com - 08/06/2018, 21:56 WIB
Andi Hartik,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Awalnya, benih bunga edelweis disemai selama satu bulan. Kemudian masuk pada masa pembibitan selama tiga bulan.

Setelah itu, batang bunga edelweis ditanam di sejumlah lahan yang kosong. Seperti di pekarangan rumah warga, di sepanjang jalan desa dan di tanah adat.

Lalu pada usia satu atau dua tahun, tanaman edelweis akan berbunga. Saat ini sudah sekitar 500 tanaman edelweis hasil budidaya warga tersebut.

Sementara itu, setiap bibit bunga edelweis yang ditanam disertai dengan barcode. Hal itu untuk mengetahui jenis tanaman, usia, dan letak penanamannya.

Semua orang bisa melihat data tentang tanaman itu melalui barcode yang disertakan di setiap batang.

Yayasan Satu Daun, salah satu lembaga yang fokus pada lingkungan hidup menilai, budidaya edelweis sangat dibutuhkan Suku Tengger karena merupakan kebutuhan upacara adat.

"Kita harus memiliki komunitas yang mau membudidayakan ini. Karena edelweis ini merupakan tanaman yang dibutuhkan untuk upacara adat," ungkap Ketua Yayasan Satu Daun, Diono.

Bala Daun merupakan komunitas yang ada di bawah pembinaan Yayasan Satu Daun. Salah satu lembaga yang fokus pada isu lingkungan dan konservasi.

Kompas TV Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pun membuat jalur alternatif yang hanya bisa dilalui sepeda motor dan pejalan kaki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com