Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Baliho, Yayasan Masjid Al Jihad Sebut Aneh Jika Ada yang Tersinggung

Kompas.com - 08/06/2018, 21:39 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Yayasan Masjid Al Jihad Medan Baru, Irfan S, menanggapi polemik baliho di halaman depan Masjid Al Jihad di Jalan Abdullan Lubis, Kota Medan. 

Baliho itu menjadi perbincangan dan menimbulkan berbagai persepsi. Bahkan menjadi viral di media sosial. 

Irfan menilai, polemik itu berlebihan. Menurut dia, baliho yang dipasang sepekan lalu itu bertujuan untuk menghimbau jemaah masjid saja. 

"Kan, tidak ada pakai paslon-paslon. Jadi hanya untuk mengimbau jamaah Masjid Al Jihad agar memilih pemimpin sesuai Al Quran. Itu aja, tidak yang lain..," kata Irfan saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/6/2018) petang.

Baca juga: Viral, Video Mobil Rektor Dihadang Mahasiswa hingga Disebut Ada yang Terlindas

Irfan pun mengomentari kontroversi yang ditimbulkan bahkan disangkutpautkan dengan Pilkada Sumatera Utara hingga menimbulkan isu agama.

"Tidak hanya Islam, setiap agama punya seruan yang sama. Kalau kita di Papua, ya gak mungkinlah pemimpin Islam di sana, di NTT misalnya, atau di Bali," imbuhnya.

"Begitu juga di daerah yang mayoritasnya Islam. Ya kita harus menyerukan pemimpinnya Islam. Nah, kalau ada yang tersinggung soal ini, aneh saja, lebay," ucapnya. 

Pasalnya, lanjut Irfan, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumut sudah mengeluarkaan penyataan tidak ada yang melanggar aturan dalam baliho tersebut.

"Siang tadi keluar pernyataan Bawaslu bahwa tak ada masalah. KPU kemarin juga bilang tidak ada masalah," imbuhnya.

"Karena tidak ada dibilang atau simbol-simbol nomor satu atau nomor dua di situ. Djarot juga Islam, Bang Edy juga Islam, kan gitu. Nah, kita menyerukan yang dari dulu sudah ada di Al Quran, itu aja," ungkapnya.

Baca juga: Bertemu Lia, Emak-emak Jadi Sopir Bus Tanpa Kernet yang Videonya Viral

Masalah ini, sambung Irfan, sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan dan ditanggapi dengan kehebohan apalagi sampai viral di media sosial.

"Biasa aja... Semua agama pasti akan memilih pemimpin se-akidahnya, itu aja," tuturnya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan, Prof DR HM Hatta mengungkapkan, isi baliho bersumber dari Al Quran, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

"Ya boleh saja dibuat, yang tidak boleh itu kalau melecehkan atau menghina nonmuslim, atau orang lain, itu yang tidak boleh," kata Hatta.

Hatta menilai, jika isi baliho itu untuk menjatuhkan orang lain, fitnah, maka itu tidak diperbolehkan. 

"Kita ini yang mengamati dari luar. Saya melihat kalau itu memang perintah Al Quran dan dibuat di masjid, ya gak masalah. Asalkan sifatnya tidak untuk menjatuhkan orang lain, fitnah, itu yang tidak dibolehkan," ucapnya.

Baca juga: Viral Foto Pre Wedding Berlatar Merapi Meletus, Bukan Hal Disengaja

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatera Utara, Maratua Simanjuntak mengaku belum mengetahui persoalannya. 

"Ini yang seperti ini sensitif. Karena kalau disuruh memilih Islam Muslim, ya itu saya kira tidak dilarang. Sekarang yang perlu dilihat dalam konteks apa, apakah karena tim kampanye, kalau tim kampanye, ya tidak bolehlah di masjid," imbuhnya.

"Saya belum melihat balihonya, saya tidak bisa mengomentari lebih karena ini sensitif sekali," bebernya.

Ketua Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) Sumut, Irwansyah Putra Nasution mengatakan, tidak ada yang salah dalam isi ayat Al Quran di baliho itu.

"Semua ayat diambil dan dikutip dari Al Quran, tidak ada yang dilanggar. Apalagi dikhususkan buat umat muslim, kenapa banyak yang salah persepsi?" ucap pria yang biasa dipanggil Ibey ini.

"Apalagi, kedua calon gubernur kita kan Islam, Pak Edy Islam, Pak Djarot Islam, jadi gak ada masalah.

"Pemilih sudah pintar memilih calon gubernurnya. Lihat dari program yang ditawarkan, track record pengalamannya, pastinya yang dekat dengan rakyatlah," katanya lagi.

Ia meminta seluruh pihak menjaga kondusivitas dan keamanan Sumatera utara. Sebab jika terjadi perpecahan sangat tidak berguna dan hanya mendatangkan kerugian. 

Baginya, perbedaan adalah hal biasa, apalagi dalam pilih melilih calon gubernur.

"Perbedaan kita selesaikan di kotak suara. Terpenting adalah menjaga rumah ibadah khususnya masjid dari praktik kampanye karena tidak diperbolehkan dan melanggar," tegasnya.

Pantauan di lapangan, baliho berisi imbauan tersebut berdiri di halaman depan menghadap ke dalam sehingga hanya pengunjung dan jamaah masjid saja yang dapat membacanya.

Wakil Ketua Tim Pemenangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) Sugiat Santoso mengatakan, pasca Pilkada DKI Jakarta, terjadi pemisahan di masyarakat.

Hal tersebut, tidak diharapkan. Ia pun menginginkan pemimpin Sumatera Utara adalah putra terbaik. 

"Bukan berdasarkan suku dan agamanya, tapi berdasarkan kapasitas, integritas, dan kualitasnya. Layaklah untuk dipilih." ujar Sugiat.

Ketua Bawaslu Sumut Syafrida Rachmawati Rasahan tidak mengangkat panggilan masuk Kompas.com, begitu juga pesan singkat yang dikirimkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com