Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Polisi Gorontalo yang Berdakwah di Samping Mobil SIM Keliling

Kompas.com - 06/06/2018, 06:21 WIB
Rosyid A Azhar ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – “Jangan kau panggil orangtuamu dengan sebutan iblis,” ujar Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Ramdan Fahmi (43), anggota Polda Gorontalo di depan puluhan orang.

Ia mengingatkan warga Gorontalo yang sudah terbiasa menyebut bapak dengan istilah sebe dan ibu dengan kata ajus.

“Sebe itu setan besar, tak lain adalah iblis. Sementara ajus kepanjangan dari ajudan setan,” ujarnya nyaring di bawah pohon trembesi raksasa di taman kota, Kota Gorontalo, Selasa (5/6/2018).

Beberapa wanita muda yang mendengarkan terhenyak dan serius menatap polisi asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu.

Baca juga: Cemas atas Maraknya Hoaks dan Isu SARA, Polisi Ini Dakwah dari Masjid ke Masjid

Sementara seorang pria paruh baya dari pinggir kerumunan mengiyakan ucapan Fahmi.

Sukarno, lelaki yang akrab disapa pak guru dengan mimik serius meminta warga menyudahi panggilan sebe dan ajus untuk orangtua yang membesarkan anak-anaknya.

“Mari hentikan penggilan sebe dan ajus untuk orangtua kita. Apa yang dibilang pak polisi ini benar,” ujar Sukarno.

Bangun Peradaban Bangsa

Imbauan kebaikan dari Fahmi ini tidak dilakukan di atas mimbar atau dalam majelis di masjid. Ia berdiri dengan seragam polisi di samping mobil pelayanan SIM Keliling.

Bahkan ia tak membawa ayat-ayat suci Al-Qur’an saat menyerukan perubahan sikap warga agar berperilaku lebih santun kepada orangtua.

“Kata sebe dan ajus sudah sangat lazim digunakan masyarakat untuk menyebut orangtua mereka. Saya hanya mengingatkan untuk berbuat mulia kepada orangtua. Ini juga nasihat untuk diri saya,” kata Fahmi.

Masyarakat yang duduk dan berdiri berkerumun di sekitar mobil pelayanan mulai paham asal kata sebe dan ajus dari penjelasan Fahmi ini.

Sambil  menanti atrean perpanjangan Surat Izin Mengemudi (SIM) A dan C, warga mendapatkan pencerahan agama dari polisi yang ramah ini.

Baca juga: Mendekam di Penjara, Terdakwa Bom Thamrin Minta Muridnya Teruskan Dakwah

Ia melakukannya dengan sukarela, tidak ada tambahan gaji atau honor yang didapat dari pemberian ceramah tersebut.

Fahmi hanya yakin, kebaikan sekecil apapun tetaplah kebaikan dan ada timbangannya. Ia juga berprinsip tidak menunggu ilmu lengkap untuk menyampaikan kebaikan.

Berangkat dari semangat untuk saling mengingatkan, Fahmi berpedoman pada ungkapan Rasulullah, sampaikanlah (kebenaran) walau satu ayat.

Inilah yang mendorongnya untuk melakukannya di depan puluhan orang yang mengantre di samping mobil SIM Keliling ini.

Saat antrean pelayanan perpanjangan SIM berganti orang, Fahmi pun tak kehabisan bahan dialog.

Matahari yang  terus meninggi tak menyurutkan aksinya menyapa warga kota Gorontalo dengan nasihat Ramadhannya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com