Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unik, Bayar Menu Buka Puasa di Pasar Ini Uangnya dari Keping Kayu

Kompas.com - 05/06/2018, 13:40 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.comPasar Segajih di Dusun Segajih, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kulon Progo di Yogyakarta ini buka sepanjang sore menyambut warga dan wisatawan yang ingin membeli penganan berbuka puasa.

Asal tahu saja, Dusun Segajih merupakan kawasan desa wisata yang selalu padat dengan wisatawan. 

Saat Kompas.com berkunjung, sepintas pasar ini terlihat biasa saja seperti halnya pasar Ramadhan. Apalagi makanan yang dijajakan di sana adalah makanan khas sehari-hari warga Kulon Progo seperti geblek. 

Kemudian ada menu tempe, thiwul, growol, dawet, ganyong rebus, gula kelapa, gula semut dan potensi hasil bumi asal Segajih.

Ada juga diantara pedagang menjajakan tiplek, salah satu menu yang terdengar asing bagi orang dari luar daerah.

Tiplek merupakan makanan dari beras yang dimasak menggunakan santan kelapa dibungkus menggunakan daun pisang. Tiplek yang dimasak dengan cara itu terasa gurih tapi agak lembek.

Baca juga: Berburu Menu Buka Puasa di 2 Pusat Takjil di Kediri

"Makanannya ya khas Segajih. Termasuk tiplek, nasi bungkus hanya ada di daerah kami," kata Ali Subhan, Konseptor Desa Wisata untuk Segajih, Minggu (3/6/2018) lalu.

Pasar Ramadhan memang biasa, menunya pun biasa. Tapi pasar di Segajih ini menjadi tidak biasa lantaran belanja di sana harus menggunakan uang yang dibentuk kepingan dari bahan kayu. Kepingan kayu itu senilai pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, dan Rp 10.000.

Pengunjung yang mau belanja makanan bisa menukarkan uang dengan keping kayu di 'Money Changer' (MC) setempat.

Para tamu di Desa Wisata Segajih yang ingin belanja menu berbuka puasa mesti menukarkan uangnya di MC itu lantaran pedagang tidak mau melayani pembeli dengan uang kartal biasa.

"Warga tidak mau melayani karena ada aturan di tempat kami bahwa belanja harus pakai uang kayu itu," kata Subhan.

Baca juga: Berburu Menu Buka Puasa Khas Sulsel hingga Jawa di Lagota

Subhan menceritakan bahwa menyelenggarakan wisata kuliner pasar tradisional bertujuan untuk pemberdayaan dan mengangkat perekonomian masyarakat lokal sambil mengangkat kembali kehidupan di masa lalu.

Warga merancang kegiatan pasar muncul di Segajih setiap Minggu Legi atau tiap 35 hari sekali. Belakangan, lantaran memiliki keunikan, warga masih mempertimbangkan untuk membuka dalam 1 kali satu minggu.

"Dengan uang kayu itu maka kita bisa melihat perputaran uang di sini," kata Subhan tanpa merincinya lebih jauh.  

Kali ini, di sepanjang Ramadhan, mereka sengaja membuka untuk orang yang ingin berbuka puasa. “Sebagian pedagang juga jualan ke pasar Ramadhan di alun-alun Wates," kata Subhan.

Baca juga: Pasar Ikan Disulap Jadi Pusat Jajanan Menu Buka Puasa

Bukan hanya menukar dengan uang kayu, mereka juga mengemas tampilan pasar dan para penjualnya dengan kearifan lokal.

Semua warga menggunakan pakaian desa, seperti kebaya untuk perempuan dan para pria pakai baju surjan, lurik, sarung, juga dan ikat kepala. Mereka tampak sekali berbeda dengan tamu maupun wisatawan yang mampir ke sana.

Kompas TV Penjualan parsel di Pasar Cikini belum sebaik tahun lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com