Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Lansia Rayakan Ramadhan di Panti Jompo, Kematian Bisa Datang Kapan Saja (2)

Kompas.com - 31/05/2018, 05:56 WIB
Iqbal Fahmi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

CILACAP, KOMPAS.com - Darojah (60) mengusap air mata yang mengaliri garis-garis keriput di wajahnya dengan jari yang kaku. Dia sadar, dia tak pernah ingin masuk panti jompo.

Apalagi saat bulan puasa seperti ini, rasa rindu kepada keluarganya di Kebumen semakin membuncah.

Dia tak pernah memilih untuk masuk panti jompo. Namun, beberapa hari setelah Lebaran tahun 2017, petaka datang menghampiri.

Saat bangun di pagi hari, tangan dan kaki Darojah seperti diikat, sedangkan badannya seperti ditimpa batu raksasa.

Baca juga: Potret Lansia Rayakan Ramadhan di Panti Jompo, Rindu Pulang (1)

Tubuh tua Darojah sama sekali tak bisa digerakkan. Sejak saat itu, Darojah sadar, kehidupannya setelah ini tak akan pernah lagi sama.

“Nenek sempat dirawat saudara, tapi mereka juga punya keluarga, nenek takut ngrepotin, jadi nenek minta dibawa ke sini (panti),” ungkapnya.

Kematian bisa datang setiap saat

Salah satu lansia penerima manfaat yang menempati kamar isolasi di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (25/5/2018).KOMPAS.com/M Iqbal Fahmi Salah satu lansia penerima manfaat yang menempati kamar isolasi di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (25/5/2018).
Staf Seksi Bimbingan Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap, Eko Agus Kurniawan, mengungkapkan, saat ini panti yang memiliki daya tampung 100 lansia itu telah penuh.

Para lansia menghuni delapan wisma. Masing-masing wisma terdiri dari tiga hingga empat kamar.

Eko menuturkan, agar tetap kondusif, setiap kamar di panti hanya menampung dua orang. Selain itu, ada sejumlah kamar isolasi khusus diisi oleh lansia yang mengalami gangguan medis psikotik.

Eko berkisah, banyak pengalaman manis dan pahit yang telah dia lalui selama 25 tahun bekerja di panti. Pengalaman berkesan itu didapat pada tahun-tahun pertama Eko bekerja di panti.

“Setiap pegawai baru yang bekerja di sini pasti selalu memiliki masalah dengan tugas membersihkan kotoran. Dulu saya pernah muntah-muntah, kebayang-bayang terus, hampir seminggu saya tidak selera makan,” kata suami dari Harianti tersebut.

“Pernah juga pada suatu malam, saya piket sendirian, ada satu lansia yang sakaratul maut, terpaksa saya temani sampai beliau dipanggil Yang Maha Kuasa,” tambahnya.

Baca juga: Kisah Tukang Sampah Kembalikan Rp 20 Juta yang Ditemukannya di Jalan

Namun semua pengalaman itu menjadi sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga bagi Eko. Dia mulai belajar bagaimana mencintai hidup dengan cara berbagi kebahagiaan bersama para lansia telantar yang dia rawat di panti.

Pengalaman indah yang masih dia ingat sampai sekarang adalah membuat lansia pengidap gangguan psikotik sembuh. Bahkan tak hanya ingat siapa namanya, para lansia ini juga mau kembali beribadah.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com