Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Lansia Rayakan Ramadhan di Panti Jompo, Rindu Pulang (1)

Kompas.com - 30/05/2018, 15:33 WIB
Iqbal Fahmi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

CILACAP, KOMPAS.com - Bagi kebanyakan orang, harapan dari kerja keras semasa muda adalah menikmati masa senja yang sehat sejahtera bersama keluarga tercinta.

Tapi tentu tidak semua orang memiliki garis nasib semulus itu. Banyak di antara mereka terpaksa hidup terlunta-lunta di masa tua.

Para lansia yang kurang beruntung ini dipelihara negara, dan menghabiskan sisa hidup mereka di panti jompo.

Potret suka duka para lansia yang menjalani bulan Ramadhan di panti jompo terekam ketika Kompas.com mengunjungi Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (25/5/2018).

Baca juga: Rumah Kos 2 Lantai Terbakar di Surabaya, 8 Penghuni Tewas Terjebak

Salah satu lansia penerima manfaat, Darojah (60) mengaku sangat rindu kepada keluarganya di Kebumen. Padahal belum genap setahun dia menjadi warga panti, Darojah masuk sekitar bulan Januari 2018.

Darojah menceritakan dengan seksama, bagaimana dahulu masa belianya dihabiskan merantau ke ibu kota. Nenek yang murah senyum ini sehari-hari berjualan kacang rebus dan telur asin di Terminal Kalideres.

“Nenek menikah dua kali karena suami nenek meninggal duluan. Tapi dua kali berumah tangga, nenek tidak pernah dikaruniai keturunan,” tuturnya.

Baca juga: Ingin Ayahnya Hadir dalam Pembagian Rapor, Bocah 12 Tahun Minta Bantuan Komnas HAM

Berpuluh-puluh tahun hidup di kota orang tanpa satu pun sanak keluarga membuat Darojah kesepian. Tepat pada Idul Fitri tahun 2017, dia mudik ke kampung halaman di Kebumen untuk melepas rindu dengan keluarga besar.

Namun beberapa hari setelah lebaran, petaka datang menghampiri. Saat bangun di pagi hari, tangan dan kaki Darojah seperti diikat, sedangkan badannya seperti ditimpa batu raksasa.

Tubuh tua Darojah sama sekali tak bisa digerakkan. Stroke memaksa tubuh ringkih Darojah diam bergeming. Sejak saat itu, Darojah sadar, kehidupannya setelah ini tak akan pernah lagi sama.

“Nenek sempat dirawat saudara, tapi mereka juga punya keluarga, nenek takut ngrepotin, jadi nenek minta dibawa ke sini (panti),” ungkapnya.

Sejenak Darojah mengusap air mata yang mengaliri garis-garis keriput di wajahnya dengan jari yang kaku. Dia sadar, hatinya menolak untuk hidup di panti jompo. Terlebih saat bulan puasa seperti ini, rasa rindu semakin membuncah.

Bersambung ke halaman dua: Darojah rindu pulang...

 


Salah satu lansia penerima manfaat yang menempati kamar isolasi di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (25/5/2018).KOMPAS.com/M Iqbal Fahmi Salah satu lansia penerima manfaat yang menempati kamar isolasi di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ‘Dewanata’ Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (25/5/2018).

Rindu pulang

Kata ‘pulang’ serupa kotak pandora bagi Darojah. Di satu sisi, keinginan untuk pulang selalu menghantui dan membuat dia sulit mengendalikan diri. Namun ketika Darojah menyerah dan memutuskan pulang, dia akhirnya akan kembali sadar, jika dia hanyalah nenek tua yang hidup sebatang kara.

“Perasaan nenek enggak betah ya, tapi terpaksa karena enggak ada yang ngurus di rumah,” ungkapnya.

Lain Darojah, lain pula Sugardi (73). Kakek penerima manfaat asal Kesugihan, Cilacap, ini justru sangat menikmati setiap waktunya di panti jompo. Baginya, kehidupan di panti justru lebih mendamaikan daripada hidup di rumah.

“Lebih enak di panti, daripada di rumah ribut terus sama anak. Di sini makan minum sudah dijamin,” ujarnya.

Sugardi mengaku, sudah dua tahun hidup di panti jompo. Dia kerasan karena dapat berinteraksi dengan tetangga wisma meski dalam kesehariannya, Sugardi lebih banyak merenung sendirian karena sulit bergerak. Penyakit asam urat yang membuat persendiannya kaku.

“Puasa di panti bisa lebih fokus ibadah, tiap hari ada pengajian, menunya ganti-ganti, ada takjil juga setiap sore,” ujarnya.

BERSAMBUNG: Potret Lansia Rayakan Ramadhan di Panti Jompo, Kematian Bisa Datang Kapan Saja (2)

 

Kompas TV Anak dari sepasang suami istri tersebut menderita down syndrome.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com