Ginggi menjelaskan, komunitas ini dibentuk untuk mempertahankan semangat kreativitas masyarakat dalam melangsungkan kehidupannya di tengah gempuran industri kapital.
Ia juga ingin menunjukkan bahwa pergerakan ekonomi kreatif tidak melulu harus muncul di kota besar.
"Maka kami ingin mengubah pandangan itu guna mendongkrak martabat perdesaan," tegas Ginggi.
Bahkan, lanjutnya, JAF kini sudah menjadi referensi pengetahuan bagi masyarakat dari Eropa, Amerika, dan banyak negara lainnya.
"Mereka datang ke sini untuk belajar bahwa tanah liat ternyata memiliki nilai lebih dari sekedar produk masal biasa," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.