Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kirab Waisak dari Candi Mendut ke Borobudur Sedot Perhatian Masyarakat

Kompas.com - 29/05/2018, 15:49 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com – Umat Buddha dari berbagai daerah dan negara melakukan Kirab Waisak 2562 BE/2018 dengan rute dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, Selasa (29/5/2018).

Meski terik matahari menyengat, mereka terlihat bersemangat berjalan kaki sembari melantunkan puja bakti (doa).

Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Siti Hartati Murdaya, menyebutkan kirab merupakan bagian dari prosesi peringatan Tri Suci Waisak yang bermakna meditasi berjalan.

“Ini momen yang paling khusuk, saat ini kita memikirkan kesadaran diri, sehingga pikiran menjadi balance, dan tidak terganggu dengan apa yang terjadi di luar sana,” jelas Hartati.

Baca juga: Sambut Waisak, Umat Buddha Semayamkan Api Dharma dan Air Berkah di Candi Mendut

Kirab ini rutin digelar setiap tahun pada peringatan Waisak yang dipusatkan di candi Borobudur. Kegiatan ini pun menjadi momentum yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat sekitarnya.

Masyarakat sudah memenuhi tepi sepanjang jalan dari Candi Mendut sampai Candi Borobudur yang jaraknya sekitar 4-5 kilometer. Mereka juga menantikan ketika sejumlah Biksu memercikkan air berkah ke arah mereka.

Bhiksu Wongsin Labhiko Mahathera, Ketua Widyakasaba Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), menjelaskan air yang dipercikkan itu sebelumnya telah disemayamankan di Candi Mendut.

Diambil dari sumber mata air umbul jumprit pegunungan Sumbing, Kabupaten Temanggung.

"Air disemayamkan di Mendut selanjutnya dipercikan di kepala atau tubuh umat sehingga mereka dapat sinar cinta kasih sang Buddha," jelas Wongsin.

Baca juga: Umat Buddha Bagi-bagi Takjil usai Ritual Waisak di Candi Mendut

Pada kirab itu juga menampilkan barisan marching band Walubi, umat yang membawa bendera merah putih, relik Sang Buddha, bendera Buddha, pataka-pataka para Majelis, dan bunga sedap malam.

Kemudian ada juga iring-iringan gunungan hasil alam, seperti padi, sayur, buah-buahan dan palawija. Kirab terlihat lebih indah karena adanya barisan pemuda-pemudi Buddha yang mengenakan pakaian tradisional dari seluruh daerah di Indonesia.

Beberapa di antara mereka, ada juga yang mengenakan kostum tokoh Kera Sakti, Biksu Tong Sam Chong, dan murid-muridnya.

Biksu Wongsin, yang juga Ketua Biksu Dharma Duta Thailand untuk Indonesia, itu melanjutkan kirab adalah prosesi yang harus dilakukan para umat Buddha menjelang dharamsanti dan detik-detik Waisak.

“Kirab mempunyai arti sebagai persembahan dan penghormatan kepada Sang Buddha. Harus dilakukan dengan hikmat, sambil membaca paritta (doa) memohon berkah Waisak," jelas Wongsin.

Peringatan Waisak di candi Agung Borobudur diikuti oleh sejumlah majelis dalam Buddha Indonesia, dan beberapa tokoh Buddha dari berbagai negara Thailand, Laos, India, Tiongkok, dan Singapura.

Baca juga: Jelang Waisak, Ratusan Biksu Pindapata di Sepanjang Jalan Pecinan Magelang

Kompas TV Di bawah langit yang gelap dan berpetir, warga Thailand tetap khusyuk memeringati Waisak.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com