Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Waisak, Ratusan Biksu "Pindapata" di Sepanjang Jalan Pecinan Magelang

Kompas.com - 28/05/2018, 12:40 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Ratusan biksu melakukan "pindapata" di sepanjang Jalan Pemuda (Pecinan) Kota Magelang, Jawa Tengah, Senin (28/5/2018).

Pindapata menjadi bagian dari rangkaian kegiatan menjelang perayaan Tri Suci Waisak 2562 BE/2018 yang akan dipusatkan di Candi Borobudur, Selasa (29/5/2018).

Tradisi ini memiliki makna derma. Setiap biksu membawa periuk kosong sambil berjalan rapi menyusuri sepanjang Jalan Pemuda tersebut.

Puluhan warga yang sudah menunggu di sepanjang jalan, mengisi periuk-periuk itu dengan berbagai sedekah, seperti uang, makanan, dan minuman.

Baca juga: Umat Buddha Bagi-bagi Takjil usai Ritual Waisak di Candi Mendut

"Makna pindapata adalah sedekah. Umat yang memberi sedekah akan mendapat pahala besar," jelas David Hermanjaya, Ketua DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jateng, Senin. 

"Kami juga percaya karma. Kalau berbuat baik maka akan berbuah baik di masa datang. Seperti tanam padi maka akan berbuah padi," tambahnya.

Sebelum turun ke jalan, para biksu dari sangha Mahayana dan Teravada melakukan ritual puja bakti (doa bersama) di Kelenteng Liong Hok Bio, yang terletak di ujung utara Jalan Pemuda.

Segenap umat Buddha turut hikmat mengikuti prosesi tersebut.

Menurut David, tradisi pindapata sudah biasa dilaksanakan di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, seperti Thailand.

Baca juga: Pengambilan Api Waisak, Pesan Kedamaian yang Menyirnakan Kegelapan

 

Di negara tersebut, hampir setiap hari para biksu melakukan pindapata. Di Indonesia sendiri biasanya dilakukan hanya ketika menjelang perayaan Waisak.

"Di Thailand sudah biasa, itu cara mereka (biksu) mendapatkan makanan sehari-hari. Kalau di sini dilakukan saat momen Waisak, biasanya H-1 Waisak," papar David.

Ketua Umum Walubi, Hartati Murdaya, menjelaskan peringatan Tri Suci Waisak 2562BE/2018 mengambil tema "Transformasi Kesadaran Delusi Menjadi Kesadaran Murni" dan sub tema "Marilah Kita Bersama-sama Berjuang Mengalahkan Sang Ego".

"Seperti Waisak di tahun-tahun sebelumnya, kami umat Buddha Indonesia wajib melatih diri agar tidak lupa pada ajaran Buddha Dharma, dari Maha Guru Agung Buddha Gotama tentang kesunyataan mulia," tutur Hartati.

Rangkaian Waisak telah dimulai dengan baksos pengobatan gratis di pelataran Candi Borobudur, Jumat (25/5/2018).

Kemudian penyemayaman api dharma dan air berkah di Candi Mendut, Senin (28/5/2018).

Kirab sarana puja dan umat Buddha dari candi Mendut ke candi Borobduur, Selasa (29/5/2018) siang.

Diakhiri dengan detik-detik Waisak ditandai dengan pelepasan ribuan lampion di Candi Borobudur, Selasa (29/5/2018) malam.

Kompas TV Pesan Kebhinnekaan Warnai Perayaan Waisak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com