Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengambilan Api Waisak, Pesan Kedamaian yang Menyirnakan Kegelapan

Kompas.com - 27/05/2018, 21:14 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Bayu Galih

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Puluhan umat Buddha menggelar ritual pengambilan api Dharma Tri Suci Waisak 2018 atau 2562 BE di kawasan obyek wisata Api Abadi Mrapen di Grobogan, Jawa Tengah, Minggu (27/5/2018).

Umat Buddha yang mengenakan pakaian serba putih serta jubah khas para biksu yang identik berwarna oranye itu berdoa di depan altar Buddha yang telah dipersiapkan.

Suara lantunan doa terus menggema berjam-jam hingga puncak acara pengambilan api.

Usai berdoa, perwakilan umat Buddha yang telah membawa obor, selanjutnya beranjak menuju titik lokasi Api Abadi Mrapen.

Mereka lantas secara bersamaan menyulutkan obor tersebut ke pusat sumber api yang telah berkobar.

Usai obor yang disulut itu berkobar, perwakilan biksu kemudian berjalan naik ke atas bak mobil pick up untuk menyulutkan obornya ke tungku.

Di atas kendaraan roda empat itu memang telah dipersiapkan sebuah tungku yang digunakan untuk menampung api yang diambil dari Api Abadi Mrapen.

Baca juga: 1.617 Polisi Amankan Perayaan Waisak 2018 di Candi Borobudur

Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dharma Waisak di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Senin (1/6/2015). Kompas.com/Puthut Dwi Putranto Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dharma Waisak di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Senin (1/6/2015).
Dengan menumpang pick up, api yang telah berkobar di tungku ini akan disemayamkan di Candi Mendut. Keesokan harinya, api akan diantarkan ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak yang jatuh pada Selasa (29/5/2018) mendatang.

Rombongan umat Buddha yang sebelumnya tiba di obyek wisata Api Abadi Mrapen dengan menumpang beberapa kendaraan roda empat, lalu mengawal perjalanan percikan Api Abadi Mrapen itu ke arah Magelang.

Prosesi pengambilan api secara estafet ini berlangsung kondusif selama bertahun-tahun.

Warga, TNI dan kepolisian terus bersinergi mengawal ritual pengambilan Api Waisak di obyek wisata kebanggaan warga Grobogan tersebut. Mereka berbaur dan bersiaga di sejumlah lokasi.

Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dharma Waisak di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (9/5/2017). Api ini akan disemayamkan di Candi Mendut lalu keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak. KOMPAS.com/Puthut Dwi Putranto Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dharma Waisak di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (9/5/2017). Api ini akan disemayamkan di Candi Mendut lalu keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak.
Menyirnakan kegelapan

Api Abadi Mrapen merupakan fenomena alam, di mana gas alam yang keluar dari perut bumi tersulut oleh api yang hingga saat ini tidak pernah padam.

Selain diistimewakan sebagai bagian dari Tri Suci Waisak, keberadaan Api Abadi Mrapen juga difungsikan untuk penyulutan api dalam pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON).

Ketua DPP Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah, David Herman Jaya menyampaikan, dalam ritual pengambilan Api Dhamma Tri Suci Waisak, pihaknya memanjatkan doa untuk keselamatan dan kedamaian seluruh umat manusia. 

Momen yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan ini juga dimanfaatkan umat Buddha untuk saling mendoakan. Setidaknya, mereka berharap toleransi antarumat beragama bisa terus terjalin dengan baik hingga akhir zaman.

Baca juga: Sambut Detik-detik Waisak, 1.999 Lampion Terbang di Langit Borobudur

Api, menurut David, merupakan perwujudan kesucian yang diharapkan bisa menyirnakan kegelapan melalui penerangan cahaya.

"Api membawa cahaya dan harapan, sekalipun di tempat yang paling gelap. Api Abadi Mrapen yang tak kunjung padam meninggalkan pesan yang baik bagi kita semua. Seperti ajaran Buddha yang mengharuskan kami untuk terus berbuat baik, menjauhi sifat jahat dan menyucikan pikiran. Kegelapan akan sirna dengan api," kata David.

"Kami berharap seluruh manusia hidup damai dan sejahtera. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Karena Tuhan itu satu dan semua agama mengajarkan kebaikan dan kasih sayang," ujarnya.

Kompas TV Di bawah langit yang gelap dan berpetir, warga Thailand tetap khusyuk memeringati Waisak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com