Menurutnya, kebebasan menjadi hal yang paling didambakan oleh setiap narapidana. Mereka terpaksa menjadi pesakitan sebagai ganjaran atas kejahatan yang telah mereka lakukan.
Berada di sebalik tembok Benteng Willem I ini, kata Budi, dirasakan sebagi kasih sayang Tuhan dengan banyak memberikan waktu untuk merenungi setiap episode kelam dalam perjalanan hidupnya.
Apalagi di bulan Ramadhan yang penuh rahmat dan maghfirah (pengampunan) ini, Budi ingin memanfaatkan waktunya untuk berbuat baik dan beramal salih.
"Saya dulu terjerat kasus korupsi. Terkadang dalam tadarus ini meski tak tahu artinya, saya seperti sedang meratapi dosa," tuntasnya.
Kasubsi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Kelas IIA Ambarawa, Maskuri, mengatakan, penghuni Lapas Ambarawa sebanyak 431 orang. Terdiri dari 385 narapidana muslim, 44 narapidana nasrani dan 2 orang narapidana beragama Budha.
"Mengaji menjadi salah satu syarat untuk asimilasi bagi narapidana. Kegiatan ini kami gelar secara bergiliran," kata Maskuri.
Ia menjelaskan, upaya pembinaan yang dilakukan kepada para penghuni Lapas Ambarawa ini dilakukan dengan dua pendekatan, yakni melalui pembinaan rohani dan pelatihan keterampilan.
Khusus untuk narapidana yang beragama Islam, pada bulan Ramadhan ini diwajibkan untuk puasa.
"Jadi kami atur pembagian makannya, yaitu jam dua sampai setengah tiga untuk sahur dan menjelang buka puasa. Khusus untuk buka puasa, kami berikan ekstra puding," ujarnya.
Ketua Panitia Ramadhan Lapas Ambarawa, Brilian (31), menambahkan, tema Ramadhan kali ini adalah "Saatnya lakukan tobat sebelum ajal menjerat, segera lakukan salat".
Adapun kegiatan yang dilangsungkan selama Ramadan antara lain bersih-bersih di sekitar areal masjid, Salat Tarawih, tadarus, pengumpulan zakat, Salat Idul Fitri. Pelaksanaan Salat Tarawih sendiri dijadwal secara bergiliran per blok, karena daya tampung masjid Lapas yang terbatas.
"Setiap malamnya Shalat Tarawih diikuti sekitar seratusan narapidana yang berasal dari 3 kamar. Sisanya Terawih di kamarnya masing-masing," kata Brilian.
Selain itu kegiatan yang bersifat ritual, pihaknya juga menggelar sejumlah lomba untuk menggairahkan narapidana belajar agam lebih baik lagi. Lomba-lomba tersebut antara lain lomba azan, baca alquran, MTQ dan lomba pidato.
"Semoga momentum Ramadha ini berkesan bagi para warga binaan. Meaki di daam Lapas, mereka berasa di Pondok Pesantren," tuntasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.